Berada dalam bahtera rumah tangga yang dibangun dari perjodohan tentu tidak mudah. Awan dan Laksita sadar kalau menikah bukan sekadar mengucap ijab kabul serta tanda tangan di buku nikah, tetapi juga memulai babak baru kehidupan bersama orang lain. Pernikahan seharusnya indah jika terjadi di antara dua insan yang saling mencintai, sayangnya mereka tidak demikian. Namun, tuntutan keluarga memaksa mereka untuk menciptakan kehidupan pernikahan yang harmonis. Juga dituntut untuk segera memiliki momongan. Lantas bagaimanakah nasib Awan dan Laksita? Apakah mereka berhasil menciptakan kehidupan pernikahan yang harmonis dan memberi orang tua mereka cucu? Atau justru malah mengakhiri ikatan pernikahan mereka yang tak pernah tersentuh cinta sama sekali? [BACA LENGKAP DI KARYAKARSA]

Ketika kota Jakarta menjadi neraka bagi Maura, Malang akhirnya menjadi pilihannya untuk melarikan diri. Dengan segala yang ada di kota itu, Maura untuk pertama kalinya merasa bebas, bahagia dan pada akhirnya menemukan cinta yang tak pernah ia duga. Bagi Adit, melukis adalah hidup. Bahkan ketika gadis yang ia cinta harus memilih pria lain, Adit hanya bisa menorehkan lukanya di atas kanvas. Hingga akhirnya Adit menemukan hal yang jauh lebih penting dari lukisannya, Maura. Sayangnya, detik waktunya tak banyak lagi. Dengan segala cinta yang ia miliki, Adit menitipkan cintanya pada kanvas, berharap itu akan membuat cintanya abadi, meski tidak dengan raganya

"Seharusnya lo gak begini. Seharusnya-" "Seharusnya seharusnya seharusnya. Berhenti bilang seharusnya karena gak semua hal berjalan sesuai logika lo." *** [Completed] Higest Rank #193 (5 Desember 2017)

Dasha pernah mengandai kalau saja hidupnya dapat sedramatis cerita dalam novel yang dibacanya. Bagaimana ia akan mencairkan ice boy, menaklukkan bad boy, atau mengendalikan perasaannya saat bertemu good boy, gadis itu sudah menyiapkan beribu cara jitu. Namun, ternyata skenario Tuhan begitu jauh dari ekspektasinya. "I find you!" Nyatanya, ia tak benar-benar menemukan apa yang dicarinya. Tapi Tuhan tak pernah mempertemukannya dengan hal yang salah.

Tuhan, Terimakasih telah memberikan kesempatanku untuk bernapas hingga hari ini. Terimakasih telah mengelilingiku dengan orang orang baik. Terimakasih untuk segala hal. Tuhan, setelah semuanya yang Kau beri, bolehkah aku bersikap tidak tau diri untuk meminta lebih? ------- Ini tentang Naresh Jatiadi Pratama. Pemuda enam belas tahun dengan sekelumit kisah hidupnya... --- All pictures credit from Pinterest

Di antara kebohongan, yang paling parah yang pernah Asthara lakukan adalah membohongi diri sendiri. Kata orang-orang, Asthara sangat berbeda dengan saudara-saudaranya. Asthara tidak ambisius seperti Nadim sang Kakak dengan segala kesempurnaannya, tidak bergairah seperti Kafa sang Adik dengan mimpinya yang menggebu-gebu dan tidak bermimpi besar seperti pemuda pada umumnya. Padahal ia hanya tidak bisa, ia punya tembok raksasa yang menjulang setinggi langit tepat didepan ujung kakinya, batas yang tidak boleh ia lewati. Setidaknya, begitulah kata sang Mama yang menanam kata-kata itu begitu dalam dikepalanya sehingga Asthara selalu merasa tidak pantas untuk apapun.

"Seperti Ibram yang kerap datang dan pergi, meninggalkan jejak kehadirannya di setiap sudut apartemenku, di sweater yang selalu menemaniku tiap malam hingga terlelap, ia juga meninggalkan kesan mendalam di dalam hatiku. Bahkan sejak awal kami bertemu. If a perfume has its own Sillage, Ibram definitely has the best one." - Alina

[ Lokal Fiction Series ] Seperti ada kabut yang menyelimuti keluarga BAGASKARA. Kabut yang membungkus masalah yang terjadi di dalam nya dan hanya membuat orang berpikir bahwa mereka adalah keluarga yang sempurna. Tetapi, saat kabut itu perlahan menghilang yang terlihat hanyalah sekumpulan pemuda rapuh yang berusaha menutupi ketidaksempurnaan itu.

❝Kalo kalian berdua aja ngga mau jadi rumah gue, lantas kemana lagi gue harus pulang? Ke rumah Tuhan, ya?❞ °°° Ares kira, semuanya akan baik-baik saja, semua akan kembali seperti sedia kala. Akan tetapi ia salah, tak ada yang baik-baik saja sejak kehancuran itu terjadi. Tak ada yang kembali. Ares kira, ia bisa menjadikan kedua saudara kembar tak seirasnya sebagai rumah, tempat ia bersandar dikala lelah menerjang. Namun, lagi-lagi ia salah karena berharap terlalu banyak, hingga tak satupun harapnya yang terwujud. Nyatanya, Ares benar-benar sendiri. Ia tak pernah punya rumah untuk pulang dan beristirahat dari segala penat. Ia tak pernah punya tempat untuk menampung curhat. Rumah tempatnya pulang telah hilang. Rumahnya telah roboh bersama dengan hadirnya bencana perpisahan kedua orang tuanya. Rumah itu, saksi bisu kesendiriannya. Saksi bisu kesakitannya. Dan saksi bisu kehancurannya. Akankah rumah tempat Ares pulang kembali hangat? Akankah semuanya membaik?

Ada empat pilar kehidupan milik Ayah dan Bunda : 1. Dee Sadewa 2. Lee Semesta 3. Bree Samudera 4. Keeana Sajani Sebagaimana hakikatnya manusia yang terlalu dinamis untuk menjadi sebuah "rumah", Mahardika dan segenap jiwa miliknya perlahan runtuh, rubuh, hancur tak bersisa. "Sebenernya tanpa dihukum pun, gue lebih tahu gimana caranya hukum diri gue sendiri." #1 Jay 22 Oktober 2024 #1 Jake 24 Oktober 2024