Bagaimana rasanya jadi orang asing di keluarga sendiri? Bagaimana rasanya selalu disalahkan? Tentu tidak enak, dan pasti siapa pun tidak akan ada yang mau berada diposisi tersebut. Lelah? Pasti. Ingin mengakhiri semuanya? Tentu saja. Tapi seakan waktu belum memberinya kesempatan untuk mengakhiri semuanya, karna memang ia belum mencapai garis finis, jadi mau tidak mau ia harus terus berjalan. Entah akan seperti apa akhirnya nanti, yang jelas ia harus tetap bertahan, tak perduli seberapa sering ia dihancurkan.

Setiap orang pasti menginginkan sebuah pernikahan, sekali seumur hidup. Tapi jika memang gagal dan tidak bisa dipertahankan lagi, bukankah lebih baik melepaskan daripada harus menahan sakit? Itulah yang dilakukan oleh Xavier, lebih baik ia melupakan sang istri, lebih tepatnya 'mantan istrinya' daripada memaksa untuk bertahan, tapi selalu disakiti. Karna hal itu, ia jadi sedikit trauma dan tak mau membangun kembali sebuah rumah tangga. Tapi ia tidak boleh egois, ia juga harus memikirkan anak-anaknya, bahwa mereka membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari seorang ibu, apalagi dirinya juga sibuk bekerja dan jarang meluangkan waktu untuk anak-anaknya. Sampai pada akhirnya ada seorang wanita yang datang dalam kehidupannya dan berhasil membuktikan, bahwa tidak semua wanita itu buruk seperti yang ia pikir.

"Dengar baik-baik, para wanita diluar sana mungkin saja bisa bersaing untuk mendapatkan ku. Tapi apakah mereka bisa bersaing dan mengalahkan seorang wanita yang aku cintai?" "Siapa? Siapa wanita itu? Siapa wanita yang kau cintai itu? Kenapa kau malah menikahi ku?" Ia sedikit menjeda kalimatnya saat teringat sesuatu "Ja.. jangan bilang, jika wanita itu adalah aku?"