Pappo
4 stories
Night and Day by AsyillaPutri99
AsyillaPutri99
  • WpView
    Reads 31,208
  • WpVote
    Votes 2,007
  • WpPart
    Parts 16
Jadikan reading list kalian ya 💕 Leo Night Evans, atau akrab dipanggil Night kini persis seperti malam kelam. Ia hanya bisa diam membisu dengan wajah suramnya. Vonis dokter padanya membuat hidupnya hancur dalam hitungan detik. Ia sungguh tidak menyangka bahwa prediksi dokter mengenai apa yang ia idap bisa seakurat itu. Bahkan lebih parah dari yang ia bayangkan sebelum hasil tes itu keluar. "Night, are you okay?" Night jelas masih bisa mendengar pertanyaan Aga yang kini duduk di sebelahnya. Duduk bersamanya berhadapan dengan dokter yang baru saja menjelaskan mengenai penyakitnya. "Osteosarcoma," kata itu terus terngiang di telinga Night. Dari sekian banyak penghuni semesta, mengapa harus dirinya yang menderita penyakit tersebut? Dayma Lestari Putri, atau biasa dipanggil Ema seharusnya tidak perlu menyapa si malam kelam itu. Jika sudah begini akhirnya, Ema mau tidak mau harus mengambil semua resikonya. "Em, lo yakin bakal ambil kerjaan ini? Lo yakin bakalan tetep punya muka pas berhadapan sama si nightmare? Lo inget kan gimana seremnya dia waktu argumen sama lo di teje waktu itu?" Pertanyaan Keenan membuat muka Ema semakin kacau. Keenan jelas tahu semua kronologinya, jika saja sahabat sejak SMAnya itu tidak menegur Night si bule kaku di Transjakarta saat mereka berangkat kerja, Ema tidak akan berakhir keki karena terpaksa dipertemukan kembali dengan Night. Helaan nafas kasar Ema membuat Keenan semakin sadar bahwa Ema sebenarnya tidak ingin mengambil pekerjaan itu. "Gue gak tega liat Bu Arum, Nan. Gue gak tau kalo Night itu anaknya Bu Arum. Gue juga ngerasa bersalah banget pas tau kalo Night kecelakaan gara-gara dia gak mau lagi naik teje semenjak gue tegor waktu itu." Ema mencoba menjelaskan kembali alasan kuatnya menerima tawaran Bu Arum tempo hari. Akan seperti apa kisah Night & Day yang biasa terpisah harus di satukan dengan keadaan? Start: December 2019
Cerita Langit Sendu by AsyillaPutri99
AsyillaPutri99
  • WpView
    Reads 74,024
  • WpVote
    Votes 3,862
  • WpPart
    Parts 28
Wajib follow sebelum baca 💕 Dia bukan lagi pecinta senja, dan bukan lagi penikmat kopi. Ia kini hanya seorang anak laki-laki yang sangat suka menatap namanya sendiri, menatap langit mendung yang begitu monoton dengan warna gelapnya. Ya, dia adalah Langit, lebih lengkapnya Abby Langit Pamungkas. Anak laki-laki yang terpaksa harus berhenti menyukai apa yang ia suka. Karena semua keterbatasan yang kini ia punya. "Aku benci pergi keluar saat matahari terbenam. Karena ketika saat itu, wajahnya secara otomatis tergambar jelas di atas sana." ia menunjuk ke arah langit, setelahnya ia menatap gadis yang kini menyandarkan kepala pada pundaknya. Kalau bukan karena Sendu, ia tidak akan mau pergi melihat senja. Sejak saat Senja meninggalkannya, ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan mencoba melupakan segala hal tentang gadis itu. Termasuk juga bentuk lain dari wujudnya yang selalu muncul ketika matahari terbenam, yakni langit senja. Langit dapat melihat air mata turun dari mata indah Sendu. "Sendu.. Kumohon, berhentilah menangis saat senja muncul, itu hanya membuatku semakin sakit.." suara Langit terdengar pelan di telinga Sendu. "Bukan hanya kau yang sakit karena kepergian Senja.. Akupun demikian, Langit.. Apa kau ingin kita pulang saja? Sepertinya kamu memang tidak ingin kembali mengingat Senja." merasa tak dapat respon, Sendu melirik laki-laki di sebelahnya yang justru terlihat memegangi perutnya dengan ekspresi wajah seperti menahan sakit. Sendu secara otomatis terlihat panik, ia angkat kepalanya dari pundak Langit. "Kamu kenapa, Lang?" Sendu bertanya khawatir. "Alihkan pandanganmu, Sendu! Fokuslah pada senja! Bukankah kau ingin sekali melihatnya? Jangan biarkan Senja merasa..." ucapan Langit tertahan akibat rasa sakitnya yang semakin hebat. --- Cerita ini mengandung unsur sickmale lead. Hemofilia dan salah satu jenis kanker. Agustus 2019
Deep Breath by AsyillaPutri99
AsyillaPutri99
  • WpView
    Reads 91,221
  • WpVote
    Votes 5,351
  • WpPart
    Parts 22
Jadikan reading list kalian ya 💕 Bagi Dhito, bernafas adalah hal terpenting dalam hidupnya. Dengan bernafas, Dhito mampu melakukan hobbynya yakni berlari. Jika Dhito tidak bernafas, tentu dirinya tidak akan bisa berlari. Ia tidak akan bisa terus berlari dari semua kenyataan hidupnya yang terasa begitu pelik. "Kenapa kamu harus minta maaf, Di? Harusnya ayah yang minta maaf sama kamu! Kalo aja ayah--" Dhito menghentikan ucapan ayahnya dengan pelukan. Ia memeluk ayahnya erat. "Ardi emang kangen Bunda, Yah! Tapi Ardi juga gak mau ninggalin ayah sendirian." tubuh Dhito bergetar hebat, rasa sesak di dadanya mulai muncul, dan detik berikutnya pelukan Dhito pada ayahnya merenggang. "Yah--" panggilan Dhito tercekat oleh nafasnya yang terasa begitu sesak. Mulut Dhito terbuka, berusaha mengambil nafas dari mulutnya. Apa yang terjadi pada Dhito sukses membuat semuanya panik. "ARDI!" ayah Dhito jelas terlihat sangat panik, segera ia meminta Nathan untuk memanggil dokter. Sedangkan Ghea kini hanya bisa terpaku sambil menangis, ia sangat takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada Dhito. "Hhhh--yah--sa-khii-t--" suara Dhito tertahan oleh rasa sakit di dadanya. Ayah Dhito berusaha untuk tetap tenang dan segera membimbing Dhito untuk mengatur nafasnya. Ayah Dhito mencoba mengingat apa yang biasa ia lakukan dulu saat mendiang istrinya merasakan sesak seperti ini. "Deep breath, Di! You need to calm, okay? Ayah disini!" Saputra mengusap punggung Dhito yang kini meringkuk diatas ranjangnya sambil memegangi dadanya yang terasa begitu sesak. "Ghhak--bi-shhh--" Dhito hampir menyerah, rasanya seolah tak ada oksigen sedikitpun di sekitarnya. Bahkan alat yang terpasang di hidungnya seolah tidak berfungsi. Start Oktober 2019
Abyrafa by AsyillaPutri99
AsyillaPutri99
  • WpView
    Reads 31,302
  • WpVote
    Votes 1,986
  • WpPart
    Parts 17
Jadikan reading list kalian ya 💕 Rafa tidak menyangka bahwa dirinya akan terjebak dalam hubungan cinta dengan adiknya sendiri, Abyra. Ya meskipun mereka berdua bukan saudara kandung, tapi tetap saja hubungan mereka pasti tidak akan disetujui oleh kedua orang tua mereka. Usia mereka hanya terpaut dua tahun, Byra yang kini mulai memasuki masa kuliahnya membuat Rafa merasa khawatir akan ada laki-laki lain yang mencoba melengserkan posisinya di hati Byra. Terlebih mereka berdua berada di kampus yang berbeda. "Abang kenapa sih?" suara Byra memecah fokus Rafa yang tengah memikirkan banyak hal tentang adik perempuannya yang belum lama ini menjadi kekasihnya. "Kamu beneran kan gak akan naksir-naksiran sama senior di kampus?" "Ya ampun Bang Rafa, aku kira apaan! Ya enggaklah! Gak akan ada yang bisa bikin aku jatuh hati, seperti aku jatuh hati sama Bang Rafa!" wajah imut dan menggemaskan yang ditunjukkan oleh Byra membuat Rafa terhanyut namun detik berikutnya ia sadar bahwa mereka masih berada di meja makan rumah mereka. "Ssttt! Jangan keras-keras, nanti Ibun sama Papa denger!" "Ehiya hehehe.. Kan ini rahasia kita berdua. Tapi apa beneran gak apa-apa, Bang?" "Iya, setau Abang sih gak apa-apa. Kan kamu bukan adik kandung Bang Rafa. Kamu anak Ibun sama Ayah kamu, sedangkan Bang Rafa anak Papa dan Mamanya Abang." setelahnya Rafa mulai sibuk membuka tube obatnya dan meletakkan beberapa obat di telapak tangannya. Melihat itu, Byra dengan cekatan menyodorkan gelas berisi air putih yang ada di atas meja. "Abang kapan mau bilang soal ini?" "Soal apa? Hubungan kita?" "Bukan! Soal sakitnya Bang Rafa ke Papa dan Ibun." "Oh.. Kayanya nanti-nanti aja deh By, kasian Papa, kondisinya lagi sering drop. Kalo Abang bilang ke Papa dan Ibun, Ibun pasti akan makin repot dan Papa juga pasti bakal kepikiran soal Abang. Jadi buat sementara, cukup kamu, Uncle Fadli dan Onty Nia aja ya yang tau soal ini." Start: Feb 2020