moonday97
- Reads 1,958
- Votes 291
- Parts 24
Theodore menyelipkan helaian poni yang jatuh di dahi gadis itu.
"You're turning red again-like cherries." Theodore memandang gadis itu lurus, lalu menggumam pelan seolah untuk dirinya senidiri. "And that's why I call you Serie... My Serie." nadanya penuh kekaguman, persis seperti dulu.
Seraphine sontak terpaku, matanya melebar. "Lo... manggil gue apa?"
"Serie." tenang Theodore. "Why? You missed being called that, didn't you?" Theodore menggoda lembut seraya mengambil daun jatuh yang hinggap di kepala Seraphine.
Seraphine refleks mendorong dada Theodore dengan cepat membuat laki-laki itu sedikit terdorong menjauh. "Who the hell misses that, you bastard!"
---
Seraphine dan Theodore pernah saling bertumpu pada rumah yang sama-ketika nama belakang belum menjadi beban dan dunia masih cukup luas untuk jujur pada perasaan sendiri.
Perpisahan datang terlalu cepat tanpa mereka sadari-tanpa kata akhir dan alasan yang benar-benar menuntun untuk selesai. Dia yang memutuskan pergi, dan dia yang ditinggalkan berusaha mencari jawaban.
Entah kebetulan atau rencana Tuhan, rasa kecewa yang belum reda, bersambut pertemuan yang kembali menyapa. Di panggung kekuasaan, di mana nama lebih penting dari nurani, strategi lebih berarti dari ketulusan, dan kekuasaan menjadi alat untuk bertahan.
Dan ketika rasa itu masih sama, di tempat yang mengatur segalanya kecuali perasaan, keduanya dipaksa bertanya ulang: apa yang tersisa dari cinta, ketika dunia menuntut mereka menjadi orang yang berbeda?
This is more than just a love story.
---
✨The Afterplace secara harfiah adalah "Tempat setelah segalanya". Untuk mereka yang tidak ingin hanya sekedar menemukan rumah, tetapi akhir di mana mereka tak lagi menjadi siapapun selain diri sendiri. Not a home, not a throne-just a quiet, stolen moment between wars.
Cover by Pinterest