Cover By @an-apocalypse Bayangkan, dengan keadaan survivor di luar dinding yang mulai kehilangan rasa kemanusiaannya. Dan sanggup membunuh hanya demi sebotol air, rasanya hampir mustahil untuk gadis 17 tahun yang tuli, lemah dan penakut sepertiku untuk bertahan hidup. Jika teori Darwin memang benar, seharusnya alam sudah menyisihkanku dari jauh-jauh hari. Aku seperti alien yang terdampar di Bumi yang tidak lagi sama. Berpindah dari satu kelompok survivor ke kelompok yang lain dalam hitungan menit. Membuat arti hidup hanyalah suatu ketidak pastian yang membuat ku merasa gila. Lalu muncul Alex, laki-laki yang mampu mengalahkan ketampanan Carlos Santiago (Aktor opera sabun favoritku). Anggota kelompok survivor yang selalu mengawasi setiap gerak-gerikku disini. Manusia yang tidak memiliki rasa gentar punya senyum gila yang menakutkan saat dia sedang dalam elementnya; kecepatan dan sepeda motor. Pekerjaannya dalam tim adalah sebagai umpan, dan orang yang bertanggung jawab mengantar paket ke tempat berbahaya.

Pemenang Wattys 2017 dalam kategori Storysmiths. Rank # 5 on Sci-fi 26-01-'18 Ada sesuatu yang membuat gadis itu merasa mendapatkan jati dirinya. Berusaha bertahan hidup walaupun satu hari, demi hidup aman di suatu masa. Dalam perjalanan panjang mendebarkan, di bagian-bagian penting hidupnya pula, Alessa Prime mendapatkan rumah baru. Mereka adalah Xaviers yang dianggap sebagai pemberontak. Sementara, peristiwa-peristiwa mengerikan menjungkil balikkan hidupnya. Saat-saat perang usai beberapa bulan lalu, Alessa Prime tinggal di sebuah kota bernama Chicago. Bagian dari Hexha--para tentara muda kota yang dilatih jika sewaktu-waktu perang akan datang. Namun, suatu peristiwa membawa hidupnya ke dalam mimpi buruk yang tak berujung. Berlari dan diikuti sebagai Xaviers. Hanya karena ancaman yang ia terima dari para bedebah itu. Hidup sebagai seorang Xaviers yang diincar selama dua minggu, atau hidupnya akan berakhir--mereka semua, dan dirinya. Namun, di atas segalanya, ia memiliki sebuah kepercayaan besar. Yakin dan merasa dibutuhkan. Setidaknya, itu hal yang bisa dilakukannya selama dua minggu, sebelum gadis itu mati diburu.

Dari yang patah hatinya, untuk kamu yang mematahkan hatinya.

Cerita ini tentang Vano, Revano Bintang Atlantik. Seperti nama-nya, cowok ini selalu bersinar seperti bintang bahkan meskipun berada di langit samudera yang jarang tersentuh, berharap cahayanya dapat menenangkan. Tapi, berubah setelah bertemu sahabat barunya, Biru. Cahayanya kian meredup. Ini tentang Vano yang selalu jadi bayang-bayangnya Biru. Tentang Vano yang selalu di jadikan jembatan penghubung untuk mendekati Biru. Tentang Vano yang sedang mencari cinta sejatinya. Tentang Vano yang selalu menerima penolakkan.

Namanya Lembayung Awan Biru, most wanted di sekolah karena pribadinya yang ramah, otaknya terlalu cerdas dan juga dia suka bercanda. Semua hal bagi Biru adalah kebahagiaan, dan hidup adalah candaan. Namanya Kanya Kalila, cewek yang jadi panutan cewe lainnya, menganggap semua hal serius dimatanya. Biru selalu mengatakannya tidak bisa bercanda. Lalu, suatu hari Kanya menyatakan perasaannya pada Biru dengan keseriusan pilihan hatinya dan mengorbankan semua keberanian yang ia punya. sekali lagi perlu diingatkan, Biru suka bercanda, dan Kanya membenci hal itu.

Semua beban yang aku pendam sendiri, hingga akhirnya ku hempaskan disini.

Aneh memang, terkadang terlintas sepenggal cerita kita dimasa lalu. Salahkah aku?

Buku Mengikhlaskanmu, Aku Bisa sudah bisa didapatkan di toko buku Gramedia di kotamu☕ . . . Kita adalah ketidaksengajaan yang disengajakan. Menyadari bahwa kita tak bisa menghindar dari setiap nyaman yang tercipta. Kita adalah rasa sayang yang tak bisa disebut cinta. Mengerti bahwa kita tak bisa bersama karena tak ingin mematahkan hati yang lainnya. Aku ingin kamu bahagia, sungguh. Aku siap melihatmu bahagia bersama seseorang meski bukan aku. Mungkin ini adalah akhir kita, dan awal yang baru bagimu. Bahagialah, sebab dengannya kamu bisa berikan hatimu secara utuh. Bahagialah, sehingga mematahkan hatiku tak menjadi penyesalan di kemudian hari.

Kita sebatas pernah yang tidak pernah searah