[bukan cerpen cinta-cintaan]
Negeri ini membutuhkan suara kita, Sadewa, meski taruhannya adalah nyawa. Ketahuilah, mereka membungkam setiap orang karena mereka takut pada jiwa ksatria yang tumbuh pada diri orang baik yang berkata benar. Sebagaimana yang tertanam di jiwa kakakmu.
Maka tetaplah menjadi orang baik yang selalu meneriakan kebenaran.
[1/1]
Dia bilang, waktunya sebentar lagi.
Dia bilang, kehadiranku membuatnya ingin memiliki lebih banyak waktu.
Dia bilang, dia tidak seharusnya mengenalku.
Dia bilang, selamat tinggal.
Dia bilang, pergi, Rai.
[1/1]
Hai, aku Arumi. Pardedea Arumi Bunga.
Siswa kelas 5 SD yang bercita-cita menjadi tukang bersih-bersih di kereta.
Unik, kan?
[digubah di tahun 2017 oleh nona-hujan]
[1/1]
Gilang adalah siswa yang baik.
Setidaknya begitu, sampai ia merasa lelah.
Semestinya memang tak seperti ini, tetapi Gilang tak memiliki pilihan lain.
[digubah di tahun 2017 oleh nona-hujan]
[1/1]
Sebelum kakiku sempat melangkah mundur, jemarinya yang dingin mencengkeram tanganku. Dan bersama jiwaku di cengkeraman jemarinya itu, dia melompat.
Seharusnya aku tidak pernah menyadari keberadaan sebuah siluet di layar kameraku.
[1/1]
"Kau tidak perlu tahu siapa aku," kata gadis itu dengan suara lembutnya, seperti suara angin malam yang berhembus. "Datanglah bersamaku."
Aku pikir, gadis ini sangat bodoh berpikir aku akan dengan senang hati datang entah ke mana dengan orang asing seperti dirinya.
"Aku yakin kau akan senang datang bersamaku."
Aku memperlihatkan wajah marahku. "Mengapa aku akan senang? Pergilah!"
"Karena kau ingin mati, bukan?"