Bulan Stories

This is my own version of an old myth. A re-telling of an old folklore. Names of the characters remain the same as that of the original version, but I have tweaked the events and descriptions a bit to fit my style of storytelling. This is a story of unselfish love between Sidapa (the god of death), and the boy Bulan (the moon god). It was handed down from generation to generation by word of mouth... somehow withstanding the rigid teachings, and indoctrination, of several colonizers who tried to erase all ideas and beliefs that did not conform to their own religion and way of life. This myth is a proof that long before my country was discovered, the people here already had a working government, a set of rules, a method of teaching. Allow me to whisk you away to a fantasy world where love was ardent, pure, and unending. Immerse yourself in the story of Sidapa and Bulan's love in a time when the world was neither judgemental, nor condemning of same-sex relationships, and discover why... The Moon Shines on Death.

Jatuh cinta itu egois, itu yang dirasakan Bulan saat kali pertama jatuh cinta. Dia tidak peduli harus membuat dunia Bumi yang tenang menjadi porak-poranda. Cinta ibarat candu yang membuatnya buta hanya untuk bersama Bumi. Hingga, sebuah kejadian meluluhlantakkan fondasi rumah tangga mereka yang dibangun di atas jurang. Bahtera itu kandas bersama menghilangnya Bulan dari hidup Bumi. Seharusnya hidup Bumi kembali tenang, tetapi perpisahan telah membuat hidup Bumi dan Bulan tidak pernah sama. Ada kepingan-kepingan jiwa yang tidak lagi utuh, kosong dengan cara yang tidak mereka mengerti. Sampai akhirnya, Bumi melihat sepasang mata Bulan pada wajah gadis kecil di kelasnya, poros dunianya kembali terguncang. Bulan kembali datang menerangi hidup Bumi, kali ini membawa Mentari, gadis yang memiliki senyum sehangat namanya. Jantung Bumi berdebar. Bumi mungkin sanggup melawan seluruh dunia untuk Mentari-nya, tetapi Bumi tidak tahu jika ternyata hatinya belum siap menghadapi Bulan. Bulan tidak lagi sama seperti wanita yang dahulu dia kenal.

Ada apa dengan Notifikasi? Jam 3 malam lagi, aneh. Iya aneh, namanya notifikasi tapi potonya bulan. Napa ya?

Bulan ciptaan Tuhan yang tercantik di angkasa. Tampak anggun dengan gaun putihnya. Selalu bersama bintang-bintang kecil, menemani manusia dalam kegelapan. Matahari selalu tampak gagah dengan sinarnya yang menghangatkan. Setiap hari menjadi yang pertama menyapa insan-insan lelap dan menemani mereka beraktivitas.

20 tahun yang lalu.. Hujan menyambut bayi kecil itu lahir,tangis haru seakan menunjukkan rasa bersyukur akan kehadirannya. Banyak dugaan dan cabaran,semua tak seindah yang dibanyangkan. "Kau luar biasa Bulan" .. -Bulan'20

Ada saatnya kita sadar, jalan mana yang harus kita pilih. Ada juga saatnya kita harus merelakan apa yang terjadi pada diri kita. Mengikhlaskan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, tapi melalui keikhlasan hati itulah akan datang hal-hal yang baik yang sudah menanti.