hugoreinhard
Cerpen ini menggambarkan kepulangan seorang ayah yang sudah lama pergi, namun kembali dalam keadaan tak bernyawa. Melalui sudut pandang Dina, pembaca diajak menyelami suasana duka di sebuah rumah sederhana di ujung kampung: tangisan anak-anak, kepiluan seorang istri, dan kerumunan pelayat yang larut dalam doa. Di balik kesedihan itu, tergambar pula keteguhan hati seorang ibu yang selama bertahun-tahun menjadi tiang keluarga.
Kehadiran peti kayu cokelat, bunga kamboja putih, serta hujan yang turun semakin memperkuat simbol kehilangan, keikhlasan, dan cinta yang abadi. Cerpen ini bukan hanya kisah tentang kematian, melainkan juga tentang warisan tak kasat mata yang ditinggalkan seorang ayah: keteguhan, kesabaran, dan cinta seorang ibu yang akan dikenang selamanya.