Pendaki Stories

berawal dari inspirasi di pertengahan jalan di hempas oleh ambisi lalu di selesaikan dengan tingkah pengecut

Cerita pendakian 5 hari 4 malam ke Gunung Argopuro

Menceritakan seorang anak muda yang memakan omongannya sendiri setelah bersumpah tidak akan pergi untuk mendaki kembali tetapi ia memakan omonganya sendiri.

Edelweis, bunga keabadian. Bunga yang menjadi salah satu alasan mengapa para pendaki rela berjalan ribuan meter di atas permukaan laut demi menikmati keindahannya. Bunga dengan nama latin Anaphalis Javanica atau Edelweis Jawa ini dijuluki dengan bunga keabadian bukan tanpa sebab. Julukan abadi melekat kepadanya dengan alasan tertentu yaitu karena ia bisa mekar hingga 10 tahun lamanya. lantas, apakah kebadian hanya berlaku pada bunga ini saja? Lalu bagaimana dengan manusia? apakah mereka akan abadi layaknya bunga yang tumbuh pada ketinggian 2000 hingga 3000 MDPL ini? lalu bagaimana jika tidak. Pada cerita ini, kita akan mengikuti perjalanan dua manusia dalam mempertahankan kisah kasih yang membentuknya hingga cerita tentang ekspedisi singkat menjelajahi keindahan alam. Menunjungi tempat kediaman bunga keabadian di puncak gunung Merbabu. Kita akan mengikuti perjalalanan mereka berdua dalam berjuang bahu membahu melewati rentetan badai hubungan mereka yang akan lebih dasyat dari badai gunung Merbabu itu sendiri. Rentetan peristiwa yang akan menjadi halangan bagi mereka dalam mempertahankan keabadian kisah kasih mereka layaknya Bunga Edelweis yang dikatakan hidup abadi, walaupun ada masanya. Mari kita ikuti perjalanan Hendi Admajaya dan Ranti Edelweis Pramudia dalam membuktikan keabadian Edelweis dalam kisah mereka.

Gagal sampai puncak.

UDARA kala itu sangat menyengat tubuh. Langkah gonta menapaki bebatuan terakhir di Cadas akhirnya berakhir. Mella duduk bersandar dibawah pepohonan dengan daun dan ranting yang begerak tak tentu arah. Diperistirahatan itu Mella melepaskan tas ranselnya dari pundak dan meletakkannya diantara dua kakinya yang sejajar. Dipeluknya ransel itu dengan erat, serta berbisik; "Hai teman, akhirnya kita sampai...". Tak lama kemudian Mella mulai disibukkan dengan perhatiannya disekeliling Cadas yang mulai tak bersahabat. Udara semakin kencang, dingin, kabut terlihat jelas sedang berteduh di Puncak Gunung Marapi. Mella memerhatikan kancing-kancing dan penutup ranselnya, mengeluarkan sebuah penutup kepala, lalu memakainya. Mengambil kain selempangdan mengelilingkannya pada leher, dan menutup ransel serta merapihkannya kembali. Lukisan awan yang bertaburan, sekelebat kabut itu agaknya tak mungkin sebentar menampilkan atraksinya diatas langit. Mella semakin sadar bahwa perjalanan yang dilakukannya kali ini bukan main-main. Karena sebelum berangkat ke Gunung Marapi, Mella sempat menulis pesan singkat dan diletakkan diatas meja belajarnya.Sebuah pesan yang mampu menyayat hati Ria, Ibu Mella. Setelah sibuk memerhatikan kabut yang menari-hari bersama awan diatas puncak Marapi, tiba-tiba sekujur tubuh Mella menggigil. Butiran keringat keluar dan membasahi baju yang dikenakannya.Napasnya terasa sesak dan berat. Dipeluknya erat ransel itu, semakin erat, semakin dalam. Awan dan kabut putih penuh aksi itu berubah menjadi hitam, angin semakin gila menampar-nampar pohon yang berdiri disebelahnya, suara daun dan ranting pohon semakin riuh, bergesekan, membentuk suara, nada, alunan musik alam yang sedang murka. Mella semakin bingung, gelap, dan akhirnya Ia tak sadarkan diri.

Untuk mengenang Maraisya Anandita, nama yang kutemukan terpahat di tugu memoriam pendaki di bawah pohon pinus terbesar, di sisi selatan Danau Ranukumbolo. MARAISYA ANANDITA Lahir : Bandung, 23 Juni 1978. Hilang : Semeru 23 Desember 1995. *** ditulis untuk mengenang gadis yang bersemayam di linang-linang air Ranu Kumbolo.

Cerita tentang pendakian ke gunung Dempo dengan konsep solo backpacking

"Anakku, bebaskan jiwamu terbang kenali dunia." ---- Amerta, seorang pemuda berumur 21 tahun berkesempatan untuk menceritakan kisah impresif milik seseorang yang sangat ia kagumi pada Eva. Kisah tersebut merupakan kisah milik ibunya, yang berjuang memberikan penghidupan. Bukan, bukan kisah tentang orang tua, melainkan kisah tentang Sang Ibu ketika berusia sama dengannya. Kisah yang begitu menggerakkan hati Eva sebagai seorang perempuan. Sayangnya, Amerta dan Eva bertemu di situasi yang tidak begitu diinginkan. Nora, nama ibu dari Amerta, merupakan seorang perempuan yang memiliki gairah tinggi dalam pekerjaan yang sangat ia cintai, dunia arkeologi. Badai sering kali menerjangnya, namun Nora tak pernah hanyut melainkan semakin tegak berdiri. Kisah Nora tak sehalus kisah para wanita kebanyakan karena ketegakkannya. Ia berusaha menghapuskan kotak-kotak sekat pemisah yang ada di dalam masyarakat. Menurutnya, dunia adalah seluas kaki melangkah. Mari, kita arungi kisah ibu dan anak di tenggang waktu berbeda ini. ---

semesta punya berbagai cara yang mengejutkan untuk mempertemukan aku dan dia. tentang alam yang selalu mengajarkan arti kehidupan para pendaki ini. dan langit yang menjadi saksi terjadinya kisah ini akan sampai di sini atau membuat cara yang lebih mengejutkan. "Arga kamu harus tetap melanjutkan hidup kamu!!" "kalau kamu sayang sama aku berjanjilah jangan pernah mengecewakan seseorang mengantikan aku ." ujar rena "Kamu harus kuat ya ren.jangan berbicara seperti itu lagi"ucap arga

bukan lagi puisi,sajak, ataupun bucinan...... kali ini, aku akan menceritakan awal kisahku menghobikan mendaki gunung, dan akhirnya jatuh hati pada dunia kependakian

BUDAYAKAN SEBELUM MEMBACA TOLONG DI FOLLOW DAN JUGA DI VOTE UNTUK MENGHARGAI KARYA PENULIS, OKE GUYS!!! dia bukanlah gadis yang faham agama tapi dia menjalani kisah hidupnya yang awalnya kelam menjadi bermakna dengan adanya dia teman hijrah nya, yang semula tidak tahu apa-apa hingga ia belajar dari titik terendah iman dan takwanya. yang selalu mengejar cinta pertamanya menghiraukan sang pencipta yang telah mempertemukan mereka.

Seputar perjalanan dan pendakian

menceritakan perjalanan menemukan makna hidup seseorang

Nadia bilang dicolek dipos2 arah nаіk ,dan ѕауа cerita yang ѕауа minta tukeran posisi іtu nenek2 didepan ѕауа yang melihat kuntilanak bukan ѕауа ѕаја tеtарі temen ѕауа jg ngeliat dan rolan

Perjalanan di mulai Kamis, 5 juli 2018, jam 10.00 dan baru mulai perjalanan Ke Baduy dalem. Perjalanan Ke kampung cibeo memakan waktu 6Jam Dan jalanan nya Sangat Terjal kanan kiri Jurang, tetapi semua lelah itu terbayar dengan indah nya Alam di sekitar nya Di kampung Cibeo, pas saya Nanjak melewati Jalur selatan, disana kan ada 3 jalur yaitu jalur utara, selatan, Timur. Yang sangat di sayang kan sekali Batrai kamera saya abis Pas lagi di Tengah-tengah perjalanan Terpaksa Dengan Semua Foto dan vidio menggunakan Hp...Pas Sudah Sampe Kampung Cibeo Semua alat Elektronik Tidak boleh di nyalakan Karena sudah peraturan adat Nya..Tapi saya Sudah Ijin untuk mengambil Beberapa foto dan Vidio nya..Di Sana pas Malam Tiba Penerangan nya Hanya Obor Saja..Saya pun Beristirahat Di Rumah Masyarakat setempat Di desa cibeo..Suhu yang sangat dingin Susah membuat saya Tidur dengan lelap.. Pagi pun tiba Saya bersiap-siap Untuk Balik Turun..Sebelum pulang Saya dan yang lain-lain Ijin Dulu ke kepala adat setempat..Disana Memang Sangat Ketat dengan Adat dan budaya nya..sampai-samapi Tidak Boleh mandi pakek Shampo dan Sabun..atau semua yang mengandung bahan kimia..Pas Pulang Dari rumah Warga Setempat saya dan yang lain Harus Menahan Nafas selama 6 Langkah dan tidak boleh Menoleh kebelakang Itu lah Aturan nya..Jangan sekali-kali meremehkan Alam Bebas..karena Entar ada akibat nya...Terimakasih Semua nya Dan Abah Ayahnalim.

Cerita Perjalanan Mendaki Gunung Prau pada tahun 2018,

Mungkin, aku pernah berjalan-jalan di mimpimu, Tapi, aku tau kau tak akan suka padaku. Kau sudah memiliki seseorang yang selama ini kau dambakan . Kau mendamba-dambakan seorang ahli matematika. Sedangkan aku, Cuma seorang ahli arsitek yang berusaha untuk membangun puisi fatamorgana ini. Yang muncul ketika pancaran cahaya matahari,yang mencoba menembus pori-pori aspal yang akan menghasilkan air tapi tak nyata Mimpi - mimpi yang hanya akan menipumu saja.