PutuFelisia
Yasmin, Ketut, Komang, dan Arumi.
Kami tidak pernah tahu, mana yang lebih salah? Lahir sebagai keturunan Tionghoa, ataukah lahir sebagai perempuan?
Kami hanya mengingat beranda itu ... tempat kami berkumpul di hari raya Imlek. Bukan beranda dalam replika upacara, atau beranda yang hancur oleh angkara murka.
Namun, kehidupan harus terus berjalan. Demikian pula tradisi yang mengekang, dan egoisme masyarakat yang dikendalikan kepentingan politik.
Kadang kami bertanya-tanya, mengapa kami yang harus menanggung semua darah dan air mata? Mengapa kami yang menanggung semua malu?
Apakah dunia memang hanya milik kaum pria dan pemenang?