Prolog Sore itu langit sedang bergemuruh. Diantara awan berwarna abu-abu pekat, Camila mendesah bosan di meja ruang kerjanya. Pekerjaannya sebagai admin di sebuah kantor pemasaran Brand Broadbrand ternama sudah selesai semenjak tadi. Camila melirik jam dinding di atas dispenser air. Pukul 05.05 pm. Sudah waktunya pulang, tetapi tubuh Camila seakan terpaku diantara kursi dan mejanya. Di liriknya meja kosong di ujung koridor. Sepi, sang pemilik meja sejak pagi tadi tak menunjukkan batang hidungnya. Pun puluhan pesan dan miss call dari Camila tak terbalas. Camila merosot di kursinya. Dengan enggan dia berdiri. Meraih tasnya dan berjalan menuju mesin absen. Huft!! Camila menghembuskan nafas, mencoba melepas kegelisahan diantara penat nya hari. Sebelum pergi di liriknya lagi meja kerja di ujung koridor. Ada sebuah senyum yang tak lagi terkembang di sana. Camila melangkah keluar menyusuri tangga turun ke lantai dasar. Hanya ada Andien, resepsionist yang bersiap pulang juga. "Belum pulang lo say?" Sapa Andien. Camila menggeleng pelan. "Ya udah gue pulang duluan ya." Andien pun berlalu pergi. Meninggalkan Camila yang masih enggan berjalan keluar. Tapi di paksakannya, dia sungguh tak ingin terkunci di kantor sendirian, hal yang sangat menyeramkan. Gontai Camila berjalan menyusuri jalan berpaving di depan gedung kantornya. Ketika gerimis mulai turun. "Camila" satu suara memanggil namanya. Dan ketika Camila mendapati sang pemilik suara. Saat itu juga ia menghambur kedalam sebuah pelukan hangat, bersama detak dan aroma nafas yang menyeruak ke rongga hatinya. "I miss you Christ." Bisik Camila. Dan hujan membasah, memayungi dua manusia yang melepaskan kerinduan yang tertahan. Dibawah rintik hujan mereka berpelukan tanpa kata. Namun setiap deru nafas mereka bicara. Menyatakan ribuan rindu yang terpendam.
6 parts