Dia tak bisa diandalkan. Dia tak pandai. Tak miliki tubuh atletis. Tak jua miliki wajah yang tampan. Kekurangannya selalu membuatku marah. Tak pernah kusyukuri kehadirannya di sisi. Sebagaimana tak pernah kupedulikan dirinya. Namun, saat tangan kematian menyentuh ujung rambutnya, aku ketakutan. Saat langkah kakinya terhenti, tak lagi berjalan di sisi, aku kesepian. Saat tawanya hilang dari pendengaran, baru kurasakan aku sangat kehilangan. Jadi, sejak kapan dia membuatku mencintainya?
5 parts