Matahari telah tenggelam, sinar nya kini telah hilang. Hanya ada bintang yang dapat ku hitung malam ini. Tak banyak tapi cukup menemani bulan dalam kesunyian malam. Sejenak aku melamun melihat layar tipis dalam genggaman ku, menanti tak tau apa yang sedang dinanti. Menunggu hal yang terlalu sempurna dan entah kapan akan terjadi. Tidak, aku sama sekali tak bersedih tentang hal itu hanya saja rasa ini terlalu pedih untuk ku nikmati. Tapi untuk berbagi pun aku takkan sudi membagikan nya.
Aku hanya ingin tidur lelap malam ini seperti saat sebelum aku mengenal pedih nya merindu. Aku pun tidak mengharapkan untuk mimpi indah, seperti hal nya apa yang sepasang kekasih ucapan sebelum mereka saling tertidur dan saling membayangkan. Bermimpi pun hanya akan menambah tabungan rindu ini semakin penuh, dan aku benci itu.
Aku ingin saat mata ini nanti terbuka, matahari dapat menyambut ku hangat. Terlalu banyak hal aku inginkan dalam hidup, hingga sampai pada akhirnya aku lupa dengan siapa aku meminta. Caraku sangatlah tak sopan. Meminta dan meminta, sungguh tak beretika sekali diri ini Tuhan.
Dan lagi di akhir tulisan ini pun aku masih tak ada malu meminta, tenangkan lah qolbu ini.
Two Murus Separatio" adalah kumpulan puisi yang mengungkapkan perjalanan batin seorang anak yang terpisah oleh tembok perasaan dan kenangan dari keluarganya yang retak. Melalui tiap bait, puisi ini mengeksplorasi luka, kehilangan, dan pencarian akan harapan, mengajak pembaca untuk menemukan kekuatan dalam menghadapi perpisahan dan mencari kedamaian di tengah perpecahan.