Bidadariku yang sudah terbang kelangit,yang sudah pulang pada awan,pada segala yang tak nampak,pada Tuhan.
Bidadariku,jiwa yang ku jaga dengan jiwa,nyawa yang menggantung di tiang aras,kehidupan lain yang dia pilih,bukan kami dan juga fana-nya dunia ini.
Bidadariku,awan yang melipat,angan yang tak terlihat,sepi yang menetap,dalam dada sekian derap.
Ini musim mulai menghangat,dada tetap saja gigil,pada sepi yang di tinggalkan harapan,5 bulan sudah lewat,namun dada masih di penuhi kawat,kesakitannya masih sama. Memilin-milin tiada kira.
Jiwaku,yang telah bisa tersenyum,tertawa mungkin,namun langit memintanya pulang,bukan pada kami,pada tangan ini,suratan takdir bukanlah yang bisa di minta.
Bidadariku,senja ini rindu meng-aduh,jiwa memilu,sedan sadu,ini derai tawa yang tiba tiba senyap,sayang. Kamu,masih tempat mama bercerita dalam diam,seperti dulu sayang,seperti ketika kamu masih di dalam sini, kegelapan.
Ah sayang,tersenyumlah nak,agar langit senantiasa cerah,agar angan tak lagi memerah,dan jiwa ini kian menerima nak,menerima takdir yang sudah di gariskan dalam air mata.
Dan kamu masih jiwa yang bagi mama adalah nyawa.
Cerita ini menceritakan tentang wanita yang di nikahi bukan karena CINTA melainkan harapan. Ya, harapan akan sesosok malaikat kecil yang di impikan untuk melengkapi sebuah bahtera rumah tangga.
Raya, nama yang menjadi kandidat Indra untuk calon ibu dari bayinya kelak. Bayi yang akan melengkapi kisah kasih pernikahannya dengan Maya wanita pemilik cintanya.
Sementara itu Raya selalu menganggap Indra seperti Angelnya. Orang yang memberinya harapan baru dengan janji. Janji yang tak pernah ia tepati. Lalu apakah Raya akan menerima Indra? Apa selamanya ia hanya akan di jadikan yang kedua? Atau mencari Angel yang lain??
"Mengapa kau melamarku?" tanyaku menatap pada lelaki di depan.
Lelaki yang sebulan lalu berhasil mengisi hatiku. Bahkan, sampai sekarang pun masih.
"Aku telah mengatakannya, istriku yang memintamu. Ia ingin memiliki seorang anak dan ia tahu ia tak bisa memilikinya sendiri."
"Maksudmu aku hanya kalian anggap sebagai sapi perah, begitu?" tanyaku sinis.
"Tidak, tidak Raya. Tentu saja tidak."
"Apa kau mencintaiku?" tanyaku mengalihkan topik. Sekilas aku melihat Indra menegang sebelum dengan cepat ia kembali menguasai diri.
"Maaf, aku tidak mencintaimu, mungkin belum. Tetapi aku berjanji akan mencintaimu. Bagaimana apa kau mau menjadi istriku?"
*
*
*
Huhuhu. Penasaran Raya terima Indra atau gak? Cus, langsung di kepoin aja. Udah END loh!:()