Aku; Kupu-Kupu Kauluqis, 19st.

Aku; Kupu-Kupu
Kauluqis, 19st.

adalah awan hitam namanya, yang selalu coba kita terka, seperti sebuah hujan atau hanya angin yang datang untuk berlalu.

Sepuluh tahun yang lalu, disini, di sebuah kota yang pernah kita namai sebagai rindu, aku menyadari bahwa untuk segala sesuatu yang pernah kita cipta, kenangan yang menyerupai dirimu kini hanya seperti sepotong ilalang yang terhempas jauh dibawa angin, dan hilang. Menyadari bahwa kini kita tak akan pernah lagi sama, perih luka di dada sama halnya dengan berjalan di atas batu-batu terjal. Tak apa sakit sementara, toh pada akhirnya akan terlewati juga.

aku tak pernah benar-benar melupakanmu, atau lebih tepatnya, aku tak pernah ingin melupakanmu. aku lebih memilih untuk tidak mengingat bukan karena melupakan, akan tetapi lebih kepada menyimpan segala sesuatunya di dalam tempat terbaik yang aku sebut sebagai ingatan. Karena bagiku, sebuah kenangan sama seperti halnya sekumpulan kunang-kunang. Ada kalanya ia akan meredup, dan ada kalanya juga ia akan berpijar terang.

jika saja kita kan bertemu, akan aku tunjukan bahwa aku tak lagi selemah waktu dulu kau meninggalkan. segala air mata yang jatuh oleh karena sebabmu, kini hanya tinggal cerita usang dari aku yang paham bagaimana cara menyikapi kehilangan.

Dan disinilah aku sekarang, yang sadar bahwa aku dilahirkan sebagai ulat untuk bermetamorfosa menjadi kupu-kupu. Memiliki sepasang sayap yang kuat, terbang bebas diantara dedaunan kering, penuh kebahagiaan di dalam taman yang di hiasi bunga-bunga bermekaran.