Bag. I Bag. I Kita memang tidak salah untuk menaruh rasa dengan orang lain namun yang salah adalah rasa itu tidak mawas diri bahwa yang diberi tidak serasa. Sakit kata yang mewakilinya, bagaimana bisa rasa itu tidak mawas diri? bagaimana agar rasa itu mawas diri? gimana caranya rasa itu serasa? gimana? tak usah menjawab aku tak sanggup. Pagi yang cerah untuk memulai hari libur, aku yang memiliki hobi mengexplore lingkungan sekitar tempat tinggalku aku jarang sekali berada dirumah Jika sedang weekend, aku ingat betul sewaktu aku kecil, saat itu ....... saat dimana belum ada yg namanya kata ciee karna berpegangan tangan atau hanya sekedar tertawa bersama, berbeda sekli dengan saat ini semua terasa kaku. Aku yg senang bermain sewaktu kecil sering kali berada diluar rumah untuk menghabiskan masa kecil bersama sahabat. Menginjak kelas enam sd, saat dmna aku mulai sangat sibuk dengan aktivitas sekolah untuk persiapan un entah itu les, peljaran tambhan atau bhkan belajar bersama yapss itu sangat melelahkan. Sewaktu Sd aku sebagai pemegang rekor rangking 1 dari kelas 1-5 itu sebagai anugrah aja sih karna usaha juga, sering kali teman"ku datang ke rumah atau sekedar berkumpul di sekolah denganku untuk membahas pelajaran yg kurang dipahami dan membahas bersama. Saat itu sudah mulai tumbuh trend cinta monyet di sekolah, entah apa itu cinta monyet yg saat itu kurang aku pahami, tapi itu menyenangkan. Teman sekelasku bahkan sudah banyak sekali yang saling menjalani pertemanan yg lebih (eitss bukan lebih yang negativ yaa) . Aku mulai menaruh rasa dengan teman sekelasku, yaa anaknya tidak terlalu pintar tidak terlalu menonjol namun ia memiliki kharisma yg lebih di mata saya, setiap kali dia bertanya sesuatu saya sangat gugup dan salting hehehe tapi saya berusaha membuang rasa itu. karna saya tahu itu terlalu berlebihan.All Rights Reserved
1 part