Ruangan serba putih ini tampak lenggang, tak ada hal yang disebut jendela hanya terdapat fentilasi udara untuk membuat ruangan ini agar namapak hidup. Dan sebuah tempat tidur berukuran kecil serta tersedia kursi untuk 3 orang.
Aku duduk dengan tertunduk didepan seorang wanita dewasa bernam tag Renata Agrea. Dia terus saja menatapku lamat-lamat tak ada percakapan diantara kami. Yeah aku tau semua yang masuk dalam ruangan yang serba tertutup ini pastinya akan bersikap sama seperti diriku ini, Tapi Renata akan selalu membuat suasannya tak tampak menegangkan.
"Apa yang membuatmu datang kemari" ujarnya tak kuidahi sama sekali.
"Baiklah tak apa, Sedikit mengalui idintitas mu tak masalah bukan. nama Prilly Clariscalea seorang siswi SMA canada ternama dijakarta, siswi memiliki IQ tertinggi. Putri tunggal dari seorang pengusaha ternama Panji axseler mempunyai adik tiri bernama Lova Clardissa. Wow hidupmu cukup menyenangkan kenapa malah memilih datang kemarin Prilly?". Katanya berbasa basi.
Tapi aku yang diajak berbicara tak mau mengeluarkan sesuatu dari mulutnya, Renata tau aku hanya sedang menahan Air matanya agar tidak jatuh.
"Ceritakan jika memang sudah tak bisa dipendam, menangislah jika memang sudah tidak bisa menahannya". Ujarnya memberikan raut iba yang mendominasi saat melihat ku yang sedari tadi meremas tangaku hingga terlihat seperti tak di aliri darah lagi.
Mendengar perkataan Renata yang terdengar lebih lembut akhirnya Aku memilih mendongak, menatap wanita yang selalu menjaganya saat dia harus mengalami kesakitan yang teramat sakit.
"Prilly butuh tisu" ujar Renata saat melihat air mata ku yang mulai mengalir dengan deras. Aku hanya mengangguk dan datanglah sebuah bonekah bergerak membawa tisu dan juga minum.
"Baiklah aku akan mengulangi pertanyaan ku lagi". Ujar Renata yang mulai terlihat serius.
"Kenapa kamu malah memilih datang kemari".
Aku mulai menatap kembali Renata dengan serius. "A. kuu
.aku ingin mengambil ginjal ku".