Kau Yang Menyayangiku

Dulu kita tak saling mengenal, kau tidak tau tentangku begitupun denganku tidak tau menau tentangmu, aku pernah hidup tanpamu, kemudian kau datang, dengan senyuman yang tak kudapati dari seorang manapun, hanya ada di dirimu, kau asyik menemani hari-hariku, ketika ku terluka kau tak sungkan memulihkannya, menawarkan segala cara agar ku bahagia. Kau begitu menyayangiku rasa-rasanya kau mengalahkan rasa kasih sayang yang kumiliki untuk diriku sendiri. Aku tidak pernah tau apa yang pantas kutuliskan tentangmu, aku keasyikan dengan caramu ada untukku, begitulah.. kau adalah orang yang begitu menyayangiku, bagaimana bisa aku berpikir akan hidup tanpa hari-hari bersamamu?
Oh engkau.. Barangkali jika cintamu lebih besar dari cintaku, ampuni aku yang tak pernah bisa mengasihimu seperti yang kau inginkan.
Aku egois, hanya menikmati cintamu tanpa tau bagaimana aku harus menjadi seseorang yang menjaga dan membuatmu bahagia selalu, aku tidak selalu ada untukmu, bahkan saat kau terluka, aku menjadi orang terakhir yang datang untuk menengokmu. Aku hanya tau di mengerti, tanpa tau bagaimana cara mengertikanmu, aku hanya tau di perhatikanmu tanpa tau bagaimana memperhatikanmu. Aku telah salah, aku menggunakan cinta kasihmu dengan tidak benar. Oh engkau... Jika benar kau mulai kelelahan memahamiku, pantaslah jika aku tak lagi melihat senyumanmu di pagi dan menjelang tidurku, pantaslah jika tak kudengar lagi nyanyianmu yang tak begitu merdu namun selalu membuatku tertawa, pantaslah jika tak ada lagi seseorang yang datang membawa puisi-puisi cinta dan membacanya dengan cinta yang tak kalah setia. Oh engkau, si penyair yang menyayangiku... Jika kau belum siap menemuiku, tuliskan saja isi hatimu, barangkali jika kau tak ingin melihatku lagi, itu akan kusimpan menjadi tulisan terakhirmu untukku, tapi perlu kau tau, seegois aku yang kau tau, cinta ini tidak pernah mati untukmu, karenamu, yang datang dengan ketulusanmu.
Surusunda, 08 Maret 2017.
- Ayu Dewi Lestari -