"Zaman sekarang hijab itu cuma sekedar kedok, untuk menutupi kelicikan mereka. Coba deh loe lihat! Banyak para teroris, yang menculik orang, lalu membunuhnya. Mereka semua berhijab dan bersorban. So ... apa loe pikir, mereka orang baik!" Tekanan batin dari sahabatnya pun, membuat perasaan Rara semakin bergejolak penuh benci dan membakar hati nuraninya. Hingga dia mengambil keputusan untuk meninggalkan rumah. Rara tinggal di sebuah rumah tua di ujung jalan Jendral Sudirman, bersama empat orang lelaki berandalan yang dia temui, saat dia hancur. Mencopet dan mengamen menjadi pekerjaannya. Hingga dia bertemu dengan sosok pemuda yang berwajah tenang. Saat kedua bola matanya saling beradu, berbicara dalam keheningan. Menyelamatkannya dari amukan massa. "Mata itu ... mengingatkanku akan cahaya yang telah lama padam, dan meninggalkanku dalam kegelapan." Bunga-bunga cinta mulai bersemi di hati keduanya, tetapi perjodohan telah mengikat raga pemuda itu. Pertentangan sempat terjadi antara H. Dullah dengan anaknya, yang mencintai seorang pencopet. Akankah pemuda itu tetap memperjuangkan cintanya yang tumbuh untuk Rara, atau menuruti peritntah ayahnya, menikah dengan tunangan masa kecilnya? Hong kong, 14/05/15