Story cover for [Chaptered] Social vs Science! by fuyuadakio
[Chaptered] Social vs Science!
  • WpView
    Reads 585
  • WpVote
    Votes 40
  • WpPart
    Parts 5
  • WpView
    Reads 585
  • WpVote
    Votes 40
  • WpPart
    Parts 5
Ongoing, First published Mar 23, 2017
Kehidupan selalu menyajikan sebuah cerita,tak terkecuali kehidupan para remaja yang tengah berlomba menimba ilmu. Sekolah elit,yang menciptakan jarak bagi mereka yang berkemampuan dan yang tidak digariskan oleh yang kuasa dengan hal tersebut. Dalam berbagai hal,akan tercipta banyak kesenjangan satu sama lain. 

    IPA dan IPS...

Contoh dari dua hal yang memiliki kesenjangan tersebut. Memperlihatkan karakter orang orang didalamnya yang masing masing amat sulit menyatu. Asumsi asumsi dari kebanyakan orang menjadikan kedua jurusan itu disematkan level kualitas para siswanya yang kerapkali level itu menjadikan mereka dipandang sebelah mata

     Jurusan yang selalu orang katakan dihuni para jenius,mereka yang bermasa depan jelas. Mereka yang memiliki kelebihan dalam berbagai bidang. Serta merekalah orang dengan segala kemampuan dibawah anak yang lain... Jurusan IPA

     Berikut,jurusan yang selalu orang katakan sebagai buangan bagi mereka yang gagal dalam segi akademik. Mereka seringkali dipandang sebelah mata,siswa dengan gelar tak mampu yang tersemat untuk mereka. Orang orang tak berkeinginan melirik mereka. Padahal mereka pun mampu. Mereka bisa,namun asumsi asumsi yang kemudian mengubur bakat terpendam mereka. IPS

  Kedua jurusan ini... Akan selalu dipertemukan sebagai dua pesaing. Berkompetisi mendapatkan tempat,berkompetisi untuk menaikan pamor dan memperbaiki citra buruk. Dalam ajang 'Best Student' Pembuktian kejeniusan mereka dengan masing masing ciri yang khas. Segala kelebihan yang berusaha melebihi kekurangan.

  Mereka berbeda,mereka bersaing dengan segala kekurangan juga kelebihan...
Public Domain
Sign up to add [Chaptered] Social vs Science! to your library and receive updates
or
#809fx
Content Guidelines
You may also like
Fractured Cheerfulness (On Going) by Baperterussss
24 parts Ongoing
"Lo beneran bego, Fin. Gimana sih, gini aja lo ga ngerti-ngerti?" Satria menggelengkan kepala frustasi. Alfina cuma bisa cengengesan. "Jangan bosen ngajarin gue, ya." Di balik senyum yang tak pernah hilang, Alfina Adzra Wardana adalah anak yang terjebak di antara dua dunia. Dunia di mana dia terlihat ceria, ekstrovert, dan penuh semangat. Tapi ketika bel tanda pelajaran berbunyi, dia lebih memilih untuk menghindar daripada berhadapan dengan angka, rumus, atau teori-teori yang malah bikin pusing. Matematika? Ekonomi? Hanya kata-kata kosong yang dia coba terjemahkan dengan senyum yang terus dipaksakan. Satria, cowok yang dipaksa jadi tutor pribadi Alfina, udah sampai titik frustasi. "Lo bener-bener bego!" katanya, meskipun di balik itu, dia enggak bisa menahan rasa kagum pada dunia Alfina yang penuh warna dan seni. Karena ada satu hal yang Alfina tahu dengan pasti: dunia seni adalah tempat dia bisa bersinar. Setiap goresan kuas di kanvas adalah tempat dia bisa bebas, tanpa perlu penilaian orang lain. Tapi di rumah dan di sekolah, ada satu sosok yang terus dibandingkan dengan Alfina-adiknya Thalita, yang cerdas dan selalu jadi juara kelas. Alfina merasa dirinya selalu kalah. Di balik kebingungannya dan perasaan tak cukup, Alfina mencoba menemukan cara agar bisa berjuang untuk dirinya sendiri. Tapi, apakah itu cukup? Dan di tengah semua itu, apakah Satria, yang frustrasi mengajar, bisa melihat potensi besar dalam diri Alfina yang selama ini dia abaikan? Apakah Alfina bisa melepaskan diri dari bayang-bayang adiknya? Apakah Satria bisa melihat lebih dari sekadar kegagalannya?
When I Was When U Were by inner_circle97
20 parts Complete
" Apa??? Menikah dengan pria bodoh ini ?? Aku tidak mau Dad, Mom." " Tch, kau pikir aku ingin menikahi dengan seorang wanita kasar sepertimu." " Whaaaaat? Aku harus satu kampus dengan dia??? Cobaan apa lagi ini ?? Aku tidak mau!!!!!" " Tapi kau harus mengenal calon suamimu dengan sangat baik, sehingga ketika Kalian menikah kalian sudah terbiasa." " Ingat, jika di lingkungan kampus bersikaplah seperti kita tidak mengenal satu sama lain." " Tch, lagipula siapa juga yang ingin kenal dengan seorang pria bodoh sepertimu???" " Dia sangat tampan. Siapa dia??" " Dia adalah anak dari pemilik kampus ini. Semua wanita memujanya." " Kris Wu dan Oh Sehun adalah musuh besar. Mereka selalu bersaing dalam hal apapun." " Pabo, kau pikir aku akan menciummu. Aku tidak akan pernah ingin menyentuh bibir kasar mu." " Kau beruntung, Yuri, memiliki suami yang sangat tampan, kaya dan terkenal seperti dia." " Apa yang kau katakan? Aku beruntung ? Jika kau mau, ambil saja dia. Aku tidak butuh dia." " Kau tahu, menikah denganmu seperti neraka bagiku !" " Aku mencintaimu, Yuri. Aku tidak peduli jika kau menikah dengannya." " Aku juga mencintaimu, Oppa." " Mari kita pergi dan meninggalkan suamimu. Kita akan hidup bersama dan bahagia." " Kau memanggilnya oppa, tapi kenapa kau selalu memanggilku Pabo ???" " Dia sangat tampan, romantis dan baik, tidak sepertimu !!!" " Aku merindukanmu Pabo." " Apa kau cemburu???" " Tolong berhenti mengganggu hidupnya. Dia adalah istriku." " Biarkan dia pergi, Kalian tidak saling mencintai. Biarkan dia hidup denganku, aku akan membuatnya bahagia." Penasaran kann sama jalan ceritanya??? ditunggu part pertamanya ya ^_^
Don't Talk About Money by catheryn99
55 parts Complete
Pernah ga sih? Kalian sekelas sama anak beasiswa yang ganteng banget, pinter banget, tapi juga sombong banget. Padahal dia tuh miskin banget :( Bukannya Irin judging nih, tapi pernah sekali waktu dia sekelompok sama Tama dan maksa buat kerkel di rumahnya untuk tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia, dan Irin baru tahu, ternyata di Jakarta masih ada ya rumah yang base nya dari kayu tanpa di semen. Letaknya dalam gang kumuh yang bau sampahnya kemana-mana. Tapi jujurly, kalian ga bakal lihat Tama seperti lingkungannya itu, walau dia juga ikut milah sampah yang bisa di daur ulang atau bisa dijual lagi sama bapaknya, semua hal ini yang mendukung Tama mendapat beasiswa untuk berkuliah di universitas terbaik, di tempat yang sama dengan Irin, lewat jalur surat keterangan tidak mampu. Tapi Irin sangat kagum sama Tama, bukan karena wajahnya aja yang tampan, walau hidup Tama terlihat jauh lebih susah dari Irin yang turun naik Jazz ke kampus, Tama ga pernah sekalipun terlihat mengeluh, ga kaya Irin yang perasaan hidupnya ngeluh mulu, malah pinter juga masih pinteran Tama, makanya Irin suka sama Tama, kalo kata Irin sih suka aja, ga yang gimana-gimana, tapi Irin tuh jadi suka ngintilin Tama, minta sekelompok sama Tama, minta diajarin Tama, mau makan bareng Tama atau bawain bahkan beliin Tama makanan, nawarin Tama balik bareng, mau main ke rumah Tama, sampai Tama tuh jengah, dan dari situ Irin menyimpulkan Tama sombong berikut berpemikiran sempit. "Kamu bisa ga? Ga usah dekat-dekat dengan saya? Saya ga butuh belas kasihan kamu, Irin. Jangan bawain saya makanan lagi, ga perlu tawarin saya pulang bareng kamu karena saya bisa sendiri. Jangan masuk ke dunia saya karena kamu tidak cocok. Kamu tidak perlu menempatkan diri sebagai saya karena kamu tidak tahu bagaimana kehidupan saya berjalan. Tapi di luar semua itu, saya bisa menjalankan hidup saya sendiri, tanpa bantuan kamu" Tapi, prinsip Irin tetap satu sejak awal. "Kamu lihat aja, kamu bakal balik dan ngemis cinta sama aku!"
You may also like
Slide 1 of 9
Our Class: ExSiFo cover
Anthares cover
More Than It Seemed cover
Fractured Cheerfulness (On Going) cover
When I Was When U Were cover
Kandang Setan: Reborn cover
Don't Talk About Money cover
EXCHANGE OUR LIFE - JAYWON, SUNKI/NISUN cover
Love In Algorithm cover

Our Class: ExSiFo

52 parts Complete

Ditempatkan di kelas yang dijuluki kelas keramat dan tak memiliki masa depan, membuat 24 anak itu menolak dengan keras. Bahkan peringkat 5 besar dalam satu angkatan yang seharusnya berada di kelas XI IPA 1, kini juga terdapar di kelas yang dipandang sebelah mata itu. Membuat hubungan pertemanan mereka tak bisa berjalan dengan mulus. Hinaan, cacian, ujaran kebencian seolah menjadi hal yang wajib mereka lontarkan kepada sesama penghuni kelas. XI IPA 4 Tempat dimana awal kisah mereka bermula. Segala masalah yang mereka terima tanpa mengetahui alasannya, ternyata memiliki dampak baik bagi mereka. Berusaha keras mengembalikan citra baik kelas, meski begitu banyak cobaan yang mereka temui sepanjang perjalanan. Hingga terungkaplah sebuah fakta yang cukup mengejutkan seisi sekolah. Akankah ke-24 siswa-siswi itu mampu berdamai dengan keadaan dan menjadi teman? Akankah mereka mampu mengembalikan citra baik kelas? Bagaimana lika-liku perjalanan mereka? Mari kita ikuti perjalanan mereka menuju kedamaian yang awalnya terasa tidak mungkin untuk terjadi~~