Tuhan atas kuasanya menentukan waktu, menakdirkan manusia berjalan mundur, apa yang akan kita lihat: dedaunan berguguran kembali melayang menyatu dengan rantingnya. Pohon-pohon mengecil untuk kemudian menjadi bibit. Sungai mengalir dari hilir ke hulu. Jarum jam berputar terbalik. Manusia akan menganggukan kepala dengan cara terbalik. Kedip mata manusia berubah ritmenya dari tertutup menuju terbuka. Kita kembali menemui kesalahan-kesalahan, kembali bertemu dengan peristiwa yang telah kita lalui. Kita akan berkenalan dengan orang yang selama ini mengenal kita. Kita kembali berseragam merah putih, berlari-larian di lorong sekolah dengan cara terbalik. Tak pernah mengenal dengan kata menyesal dan dosa-dosa berlepesan satu persatu. Di setiap langkah mundur, kita berefleksi ke masa lalu. Semakin jauh kita melangkah, semakin jauh kita berkelana ke masa lalu yang gelap. Semakin jauh kita mundur, semakin kita memutar waktu kembali ke masa lalu, kemudian manusia berjalan menuju dirinya paling eksistensial, sampai ke tempat dari mana ia berasal: keagungan dan kesucian. Lalu, sebenarnya apa yang kita temui di masa lalu yang jauh? Ini hanyalah cerita sederhana milik orang biasa yang mudah-mudahan bisa menjadi kacamata baru bagi pembaca dalam melihat sesuatu yang dianggap sederhana, tetapi sesungguhnya tidak biasa, serta menjadi semacam cermin untuk para pembaca dalam berefleksi, mematut diri, meraba pikiran dan perasaan masing-masing bahwa barangkali suatu hari Anda pernah berada di situasi yang sama, merasakan kegelisahan yang sama dan merajut mimpi-mimpi yang sama.Bảo Lưu Mọi Quyền
1 chương