Aku tidak tahu kenapa aku bersedia untuk mendampingi dirinya.
Menurut orang lain, dia sosok yang bisa saja, bahkan cenderung 'berbeda'. Menurut orang lain pun, kami jauh dari kata serasi. Aku cerewet, dia kaku. Bukan!, bukan seperti dalam novel yang sering kamu baca, dia bukan orang yang kekayaannya melimpah, dingin, kaku, tapi keren atau apalah itu yang biasanya kamu baca. Dia lain!.
Dan sikapnya yang 'berbeda' itu kadang membuatku merasa beruntung, atau bahkan merasa sedih.
Terkadang, aku bahkan goyah. Ada rasa lelah ingin berhenti. Pergi jauh meninggalkannya untuk mencari yang 'lebih' darinya. Namun, entahlah.. kenapa aku kembali lagi padanya, selalu dan selalu.
Apakah ini cinta?
Aku rasa, lebih dari itu.. karena bukan hanya bermodal cinta aku bersedia hidup dengannya.
Dia yang 'berbeda' membuatku memilih bersamanya.
Hei Mr.
Terimakasih telah menjadikanku Mrs.
cover : google
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya akan ada efek samping, salah satunya patah tulang."
Satu bait penjelasan medis yang malah membuat mata dr. Adis berkaca-kaca ingin menangis. Padahal penjelasannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kisah hidupnya. Namun ketika ia renungkan semakin dalam, analogi itu sangatlah cocok.
Bahwa ia bertemu dengan seorang pria yang sedang sekarat dalam urusan percintaan. Seorang pria yang pernah patah hati hingga mati rasa. Jantung bagian percintaannya berhenti berdetak. Lalu dengan polosnya, Adis mencoba memberikan pertolongan dengan cara menyentuh jantung hatinya. Memberi tekanan-tekanan cinta, berharap jantung hati pria itu akan kembali berdetak normal hingga bisa kembali merasakan jatuh cinta.
Namun sayangnya Adis tidak memperhitungkan lebih jauh lagi bahwa berhasil atau tidak berhasilnya resusitasi yang ia berikan pada pria itu, tetap akan menimbulkan efek patah hati.