Kau dan aku, kita sama tetapi berbeda. Kita memiliki satu Tuhan, tetapi cara kita memanggil Tuhan kita lah yang berbeda. Hanya sebuah perbedaan kecil tetapi mampu menghentikan semuanya. Bahkan, persahabatan suci yang telah tercipta diantara kita. Dan kini, yang tersisa hanya rasa perih dan sesal.
Perih. Terlalu perih untuk mengingat bahwa kita berbeda.
Dan sesal. Menyesal, mengapa rasa itu harus ada, kalau pada akhirnya hanya akan menghancurkan semuanya, menyebabkan satu kata itu menjadi nyata.
"Perpisahan"
Tetapi bagaimana jika kita kelak dipertemukan kembali. Akankah rasa itu masih ada? Apakah persahabatan kita dapat terjalin kembali? Mungkinkah Tuhan mengijinkan kita untuk bersatu?