Story cover for Permata Yang Hilang by HabinsaranSagala6
Permata Yang Hilang
  • WpView
    Reads 160
  • WpVote
    Votes 8
  • WpPart
    Parts 4
  • WpView
    Reads 160
  • WpVote
    Votes 8
  • WpPart
    Parts 4
Ongoing, First published Apr 09, 2017
Ku ingat saat pertama ku melihat mu,dimana kau sedang duduk sendiri di kursi kecil di taman bunga di tengah kota.
     Pagi itu sangat cerah,matahari pun seakan tersenyum menyapa dengan hangat nya,cahaya mentari pagi yang indah itu seakan jatuh tepat di atas mu,sehingga kau pun bersinar.
     kau tau??
kau begitu indah,ingin rasanya bisa mengenal mu ,mana kala kau mau berbagi cerita dengan ku.Aku mencoba untuk melangkah kan kaki ku menuju tempat duduk mu.
     "hy" kataku sambil mengulurkan tanganku dengan kaku.
     Kau pun mulai tersadar dari lamunanmu,dan memandangku.
       "hy" katamu sambil tersenyum dan meraih tanganku.
Kau tau??
   Aku begitu bahagia,aku pun mulai tersadar,katanya kain sutra begitu lembut nyatanya sentuhanmu lah yang paling lembut.
      Kita pun berkenalan dan saling berbagi cerita tentang hidup kita.semua yang kau katakan tidak terlalu jelas ku dengar dan ku ingat,
 namun satu yang ku ingat ,kau ber kata
"aku belum punya pacar"
       ke bahagian muncul di hati ku,mana kala tuhan merestui,semua yang ter baik akan ku lakukan untuk mu.
All Rights Reserved
Sign up to add Permata Yang Hilang to your library and receive updates
or
#265pembaca
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 7
Home (Completed) (Repost) cover
Cinta dan Takdir Rania [End] cover
gala bunga matahari🌻 cover
I FOUND YOU S2  cover
Aralie, Maafkan Aku cover
Remember Me As A Time of Day✅ cover
beach and you cover

Home (Completed) (Repost)

61 parts Complete Mature

"Siapa barusan? Kok enggak disuruh masuk dulu?" ayah kini mengalihkan fokusnya padaku. "Teman Yah. Tadinya mau turun tapi aku bilang gak usah, gak enak udah malem," kataku lalu berjalan meninggalkan ayah. "Harusnya suruh masuk dulu, biar ayah tahu kamu berteman sama siapa?" katanya lagi. Aku memutar mataku jengah. Lalu berbalik menghadap ayah. Lalu berjalan mendekatinya. Menggelayutkan tanganku di tangan kekar laki-laki paruh baya yang selalu merasa khawatir padaku, seakan-akan aku ini masih gadis kecilnya. Satu hal yang ayah lupa aku kini sudah berusia 26 tahun dan aku sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. "Ayah, dia itu bukan siapa-siapa! Ayah gak usah khawatir kakak udah 24 dan bisa jaga diri," kataku sambil menggiring ayah masuk ke dalam rumah. Kudengar ayah menghela nafasnya, "Kamu itu permata ayah satu-satunya, harus benar-benar ayah jaga, karena ayah tidak akan memaafkan diri ayah sendiri jika sesuatu terjadi sama kamu," katanya. Aku mengelus lengan ayah, "Ayah gak usah khawatir! Kakak gak akan buat ayah kecewa," kataku lalu masuk ke dalam rumah. Ayah kemudian melepaskan lenganku yang menggamit menutup pintu depan dan memastikannya agar terkunci rapat.