Sunrise in Seoul • 2/7
  • Reads 15,283
  • Votes 2,071
  • Parts 26
  • Reads 15,283
  • Votes 2,071
  • Parts 26
Ongoing, First published Apr 09, 2017
[ON GOING]
VOTE AND COMMENT FOR APPRECIATING AN AUTHOR, THANK YOU 💕

Cinta.

Heh? Mereka berdua terlalu dini untuk itu. Dengan sikapnya yang selalu tebar pesona kepada wanita cantik. Yang satu lagi malah terlalu mudah untuk jatuh. 

Namun, siapa yang tau..
Kalau mereka di sana, dipertemukan. Entah untuk bersatu, entah untuk bercerai. Yang jelas mereka di sana. Mengukir cerita, menjadikan matahari terbit sebagai saksi kisah mereka.
All Rights Reserved
Sign up to add Sunrise in Seoul • 2/7 to your library and receive updates
or
#379minsuga
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
Kisah Tak Sempurna cover
antagonis wife [TERBIT] cover
He Fell First and She Never Fell? cover
Rafa  cover
Kesayangan Bunda cover
After Graduation cover
The Qonsequences cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
The Best Of Miracle cover

Dosa Ku

69 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.