Perhatikan baik-baik;
-Senja yang sedang kau tunggu-tunggu itu, sebentar lagi datang, dan yaa, sudah terpampang di depan mata! Indah, 'kan? Sayangnya, sudah hilang.
-Hujan yang sedang deras diluar sana itu, seolah-olah tidak akan pernah berhenti. Terlalu lebat. Tetapi lihatnya, sekarang sudah cerah kembali.
-Pelangi itu..., ia selalu hadir. Setiap kali langit mendung, mungkin ingin menghibur langit, tapi setelah langit berubah cerah, kemana pelangi? Pergi.
Lihatlah, semua itu bentuk kecil dari sebuah kehilangan. Dan yang harus diketahui, semuanya, apapun itu, pada akhirnya, akan lenyap. Tidak ada yang benar-benar menetap.
Termasuk kamu;
-Kamu, yang indah seperti senja, yang selalu memberikanku cinta seolah-olah tak pernah habis, dan selalu ada disaat aku bersedih, berjanji akan membuatku tersenyum kembali. Sayangnya, kamu ikut pergi.
Sayang, tidak maukah kembali?
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan