Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa perasaan bisa melemahkan kekuatan seseorang, mungkin hal itu akan dibenarkan oleh seorang gadis yang bernama Airina.
Bagaimana mungkin ada seseorang yang sabar menghadapi kenakalan yang dilakukan seorang Bagaskara? Bahkan guru-guru di sekolah sudah mulai menyerah satu persatu saat ditugaskan untuk menghadapi anak dari pemilik yayasan sekolah itu. Sialnya, sekolah menugaskan Airina yang saat itu adalah siswi menerima beasiswa untuk mengajari seorang Bagaskara.
Airina sabar, bahkan sangat-sangat sabar dengan kenakalan Bagas yang seperti anak SD. Sangat kekanak-kanakan, dan benar-benar membuat stok kesabaran semua orang habis kecuali- Airina.
"Kenapa sih, nggak yang ada bodynya aja yang ngajarin gue? Lo kerempeng, susah buat cuci mata."
Airina sabar saat Bagas mengatakan hal itu berulang-ulang setiap mereka bertemu. Ia hanya diam saja menjalani tugasnya, apakah mereka akan berpacaran seperti kebanyakan orang? Bukankah cinta datang karena sering bersama? Atau justru Airina akan membenci Bagas karena mulut cowok itu tidak bisa dikontrol?
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan