Lima tahun memendam perasaan sendiri, membuat Naya cukup puas terjebak dalam bos-karyawan-zone. Alih-alih menarik perhatian pria pujaannya, Naya lebih suka menikmati perasaannya dalam diam. Tapi tentu rasa sukanya terhadap Prima tidak luput dari perhatian teman-temannya, terlebih Kafka. Manusia pecinta monyet dan laut, yang kerap menyuarakan hati Naya lewat celetukkan usil atau candaan konyol. Menggoda Naya tentu menjadi rutinitas dan candu tersendiri bagi Kafka. Saat melihat wajah Naya yang memerah menahan malu, atau tatapan matanya yang membesar kala Kafka menggodanya secara terang-terangnya di hadapan Prima. Atau cubitan-cubitan kecil yang dilayangkanya di sekujur tubuh dan lengannya. Kegiatan yang dirindukan saat Kafka berada jauh dari kantor dan Naya. Kegiatan yang membuatnya tertawa sendiri setiap mengingat wajah marah Naya yang menggemaskan. Dan Prima yang cukup peka dan mengerti perasaan Naya, namun memiliki ketakutan besar untuk sekedar merespon. Ditambah ketika Prima menyadari, bahwa dirinya ketergantungan akan Naya. Lima tahun bekerja bersama dengan gadis bertubuh mungil itu, Prima menyadari betapa Naya sangat memperhatikannya, bahkan kebutuhan terkecilnya meski diluar konteks pekerjaan. Hingga pada suatu titik, dimana Kafka lelah mengejar, Naya lelah menunggu, dan Prima lelah bersembunyi. Akankah akhirnya mereka menyadari, bahwa rasa tidak sesederhana yang mereka kira?