Melanjutkan kisah Milad Nabila 2 yang sengaja dibuat lebih singkat, sehingga di Milad Nabila 3 akan dibuat sedikit lebih ramai.
● 18 Tahun Nabila ●
Sudah hampir lulus SMA, masih hampir. Namun intensitas pertemuan di sekolah semakin berkurang. Tidak disangka, hampir tiga tahun waktu terasa begitu cepat. Belum sampai tiga tahun, sudah akan dipisahkan melalui wisuda.
Sebelum bulan suci ramadan hadir, wisuda purnawiyata digelar di suatu gedung pertemuan dekat sekolah. Hanya berlangsung selama empat sampai lima jam saja. Begitu singkat, sehingga prosesi penyerahan siswa kembali kepada orang tua itu diapresiasi dengan penuh haru dalam ruangan yang padat kala itu. Hati para anak perempuan sedikit tersayat, terharu lantaran video kilas balik perjalanan dari awal hingga akan berakhir menuntut ilmu di masa putih abu-abu ditayangkan dengan backsound dan editing yang sangat spektakuler. Begitu luar biasa, tangis dan tawa seolah berbaur mengukir senyuman kecil para peserta wisuda kala itu. Sudah resmi berpisah di hari itu.
Perpisahan bukan akhir dari segalanya. Saat bulan ramadan, selalu identik dengan buka bersama. Lintang, Nabila, Septa, dan Rachma mengadakan buka bersama di rumah Lintang. Sekadar berkumpul, mengobrol, dan berbagi cerita setelah lama tidak berjumpa karena terlalu banyak liburan di rumah. Maklum, sudah lulus. Kebetulan, sudah lewat hari kelahiran Nabila. Lintang merencanakan suatu perayaan kecil untuk Nabila.
Terjadilah, sebuah rencana mendadak yang sangat sederhana dan mengejutkan Nabila. Nabila memang tidak menyangka hal ini akan terjadi.
Maka dari itu, kuucapkan selamat hari kelahiran Nabila. Selamat menempuh pendidikan untuk menyambut gemilang masa depan. Saya percaya kamu dan kita semua akan menempuh jalan terbaik menuju masa depan. Aamiin.
Sudah ya, Jangan baper dulu. Ini masih awal, malahan awalan sebelum awal ceritanya mulai. Kalau kau menangis aku tidak menerima 308 spam chat lagi seperti di Milad Nabila 2.
<3
Seorang gadis manis mendapati dirinya terjebak di dalam dunia novel yang asing. Sebelumnya, ia sangat gemar membaca berbagai jenis novel, tetapi tak pernah terbayangkan bahwa suatu hari ia akan menjadi bagian dari cerita itu sendiri.
Semua bermula ketika ia meminum segelas susu, lalu tiba-tiba terbangun dalam tubuh seorang karakter novel yang bahkan tidak ia kenali. Apakah ia seorang protagonis, antagonis, atau sekadar figuran? Jika boleh memilih, ia lebih suka menjadi figuran, hidup tenang tanpa harus berurusan dengan tokoh utama.
Namun, seperti yang sering terjadi dalam kisah-kisah klise, bahkan seorang figuran pun bisa memainkan peran penting dalam alur cerita. Akankah ia berhasil menjalani kehidupan barunya tanpa terseret ke dalam pusaran konflik novel ini? Atau takdir memiliki rencana lain untuknya?
________________________________
⚠️Dilarang keras memplagiat cerita ini!!
Cerita ini merupakan hasil karya yang saya tulis sendiri. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau alur dengan karya lain, itu semata-mata kebetulan dan tidak disengaja. Saya juga berusaha menyajikan cerita dengan gaya dan sudut pandang yang unik tanpa menyalin atau meniru karya orang lain.
________________
SEBUAH CERITA SEDERHANA YANG DIBUAT RUMIT⏳