Story cover for A sim tot by rpdrivqy
A sim tot
  • WpView
    Reads 281
  • WpVote
    Votes 40
  • WpPart
    Parts 3
  • WpView
    Reads 281
  • WpVote
    Votes 40
  • WpPart
    Parts 3
Ongoing, First published May 16, 2017
Mungkin cerita ini akan cukup berbeda dari yang lain. Cerita ber-genre romance dan ten fiction biasanya terbentuk dalam sudut pandang seorang wanita. Ya, mungkin karena wanita lah yang selalu tertarik dalam cerita-cerita seperti itu.
Namun, kali ini akan memakai sudut pandang seorang laki-laki. Ada beberapa alasan mengapa memakai sudut pandang laki-laki, alasan yang utama adalah karena pembuat cerita ini seorang laki-laki dan yang kedua adalah diharapkan agar wanita mengerti lebih dalam mengenai bagaimana seorang laki-laki.

	Buku ini akan sangat berkaitan dengan teori-teori dalam mata pelajaran Matematika. Selain karena aku memang penggemar pelajaran tersebut, juga karena matematika lah aku bisa dekat dengan dia.

	Hanya matematika yang dapat mengerti aku, dan pada akhirnya dia datang memberikan kasih sayang yang tulus pada ku.

Suatu kisah pertemuan diriku, dia (Matematika) dan dia.

A sim tot.


enjoy (:
All Rights Reserved
Sign up to add A sim tot to your library and receive updates
or
#372matematika
Content Guidelines
You may also like
Fractured Cheerfulness (On Going) by Baperterussss
24 parts Ongoing
"Lo beneran bego, Fin. Gimana sih, gini aja lo ga ngerti-ngerti?" Satria menggelengkan kepala frustasi. Alfina cuma bisa cengengesan. "Jangan bosen ngajarin gue, ya." Di balik senyum yang tak pernah hilang, Alfina Adzra Wardana adalah anak yang terjebak di antara dua dunia. Dunia di mana dia terlihat ceria, ekstrovert, dan penuh semangat. Tapi ketika bel tanda pelajaran berbunyi, dia lebih memilih untuk menghindar daripada berhadapan dengan angka, rumus, atau teori-teori yang malah bikin pusing. Matematika? Ekonomi? Hanya kata-kata kosong yang dia coba terjemahkan dengan senyum yang terus dipaksakan. Satria, cowok yang dipaksa jadi tutor pribadi Alfina, udah sampai titik frustasi. "Lo bener-bener bego!" katanya, meskipun di balik itu, dia enggak bisa menahan rasa kagum pada dunia Alfina yang penuh warna dan seni. Karena ada satu hal yang Alfina tahu dengan pasti: dunia seni adalah tempat dia bisa bersinar. Setiap goresan kuas di kanvas adalah tempat dia bisa bebas, tanpa perlu penilaian orang lain. Tapi di rumah dan di sekolah, ada satu sosok yang terus dibandingkan dengan Alfina-adiknya Thalita, yang cerdas dan selalu jadi juara kelas. Alfina merasa dirinya selalu kalah. Di balik kebingungannya dan perasaan tak cukup, Alfina mencoba menemukan cara agar bisa berjuang untuk dirinya sendiri. Tapi, apakah itu cukup? Dan di tengah semua itu, apakah Satria, yang frustrasi mengajar, bisa melihat potensi besar dalam diri Alfina yang selama ini dia abaikan? Apakah Alfina bisa melepaskan diri dari bayang-bayang adiknya? Apakah Satria bisa melihat lebih dari sekadar kegagalannya?
Nav's Stories  by amimaima
30 parts Complete
[Completed] Menurut Navalen, Navia hanyalah cewek sombong, menyebalkan, dan sok galak yang sukanya marah-marah. Mentang-mentang menjabat sebagai ketua kelas, Navia selalu bertingkah semena-mena tanpa memikirkan kesejahteraan teman-temannya. Belum lagi tingkahnya yang selalu pamer kepintaran yang selalu berhasil membuat Navalen dongkol setengah hidup. Sementara menurut Navia, Navalen hanyalah cowok songong yang kerjaannya selalu main ponsel di jam pelajaran, saat belajar kelompok, dan saat-saat penting lainnya. Padahal itu, kan, jelas melanggar peraturan. Sebagai manusia super perfect yang sangat taat peraturan, tingkah Navalen ini amat sangat mengganggunya! Lewat rasa benci yang mereka berdua ciptakan sendiri, kedua insan tersebut selalu baku hantam dimana-mana. Hingga suatu hari, puncak kekesalan Navia yang sangat sepele akan tingkah Navalen yang selalu bermain ponsel saat jam pelajaran ini justru mengantarkan mereka pada masalah besar juga pada sebuah misteri yang tak terduga. Tak hanya melibatkan isak tangis yang sangat pilu, tetapi mengajarkan mereka akan rasa bersyukur yang sesungguhnya. "Jalannya takdir memang seringkali rumit. Dan tidak ada yang bisa kita lakukan selain menerimanya. Rencana Tuhan memang seringkali membingungkan. Tapi percayalah bahwa itu yang terbaik. Meski yang terbaik itu tak selalu indah. Seperti kisah kita contohnya." _Nav's Stories_ Note : bukan kisah cinta remaja menye-menye yang bucin. Meskipun jauh dari kata sempurna, setidaknya di dalam cerita ini ada sedikit motivasi yang bisa kamu ambil :)
Cheerful Girl [ENDING] by RosyPutri4
53 parts Complete
[UDAH ENDING] PART-NYA BANYAK, TAROH AJA DI READING LIST KALIAN PROLOG Alya menghampiri keluarganya yang sudah duduk manis untuk melakukan makan malam. Disana ada mama, papa, serta kakak laki-lakinya. Makan malam sudah terlaksana. Alya pun memberanikan diri memberi selembar surat pada mamanya. "Surat apa ini?" semua mata tertuju pada selembar surat itu. Mamanya pun membacanya dengan seksama. "Surat peringatan?!" tanya mama dengan nada meninggi "Hm" jawab Alya seadanya. Papa dan kakaknya hanya terdiam. "Kamu abis ngapain di sekolah sampe dikasih surat peringatan?" "Cuma bolos pas pelajaran ke kantin. Terus ketauan guru BK ma" ucapnya sedikit takut namun ini adalah hal yang biasa Alya lakukan ketika membolos. Saking seringnya sampai ia diberi surat peringatan. "Astaga. Cuma?! " mamanya masih tak abis pikir dengan anak perempuannya yang satu ini. "Gak papa. Masa SMA gak boleh terlalu polos. Nakal, yang penting masih pintar" papanya berusaha membela Alya. "Papa ini apaan sih? Alya itu perempuan " mamanya masih berargumen. Kakaknya tak menghiraukan adiknya yang sedang diserang. "Tau, tapi apa perempuan gak boleh nakal dan menikmati masa SMA? Alya itu keturunan papa nakalnya. Kalo Bang Rio tuh kaya mama yang kutu buku" Alya terkekeh mendengar pernyataan papanya. "Sip pah. Aku kan cerdas. Senakal apa pun pasti bakal pinter walaupun gak belajar " Alya menunjukan deretan giginya. Kakaknya pun kini berbicara "Awas aja kalo lo ketauan belajar!!" "Oke siapa takut. Abang itu pinter bukan cerdas kaya aku" belanya sendiri. "Apaan sih, bang kamu gak boleh bilang gitu sama adek. Kamu juga dek, kamu harus tetep belajar" mama menengahi adu mulut mereka. Semenjak itu lah Alya semakin menjadi jadi dalam menikmati masa remajanya. Hanya sekedar nakal sebagai siswa. Tak lebih dari itu. Baca kisah selanjutnya!!
You may also like
Slide 1 of 10
Fractured Cheerfulness (On Going) cover
Ghea & Ran  cover
intimacy issues cover
HSM 1: OLYMPIADS [END] cover
Aljabar (REVISI) cover
Stranger From Chatous cover
Nav's Stories  cover
MALVIN (SUDAH TERBIT) cover
Cheerful Girl [ENDING] cover
Karena Katrina cover

Fractured Cheerfulness (On Going)

24 parts Ongoing

"Lo beneran bego, Fin. Gimana sih, gini aja lo ga ngerti-ngerti?" Satria menggelengkan kepala frustasi. Alfina cuma bisa cengengesan. "Jangan bosen ngajarin gue, ya." Di balik senyum yang tak pernah hilang, Alfina Adzra Wardana adalah anak yang terjebak di antara dua dunia. Dunia di mana dia terlihat ceria, ekstrovert, dan penuh semangat. Tapi ketika bel tanda pelajaran berbunyi, dia lebih memilih untuk menghindar daripada berhadapan dengan angka, rumus, atau teori-teori yang malah bikin pusing. Matematika? Ekonomi? Hanya kata-kata kosong yang dia coba terjemahkan dengan senyum yang terus dipaksakan. Satria, cowok yang dipaksa jadi tutor pribadi Alfina, udah sampai titik frustasi. "Lo bener-bener bego!" katanya, meskipun di balik itu, dia enggak bisa menahan rasa kagum pada dunia Alfina yang penuh warna dan seni. Karena ada satu hal yang Alfina tahu dengan pasti: dunia seni adalah tempat dia bisa bersinar. Setiap goresan kuas di kanvas adalah tempat dia bisa bebas, tanpa perlu penilaian orang lain. Tapi di rumah dan di sekolah, ada satu sosok yang terus dibandingkan dengan Alfina-adiknya Thalita, yang cerdas dan selalu jadi juara kelas. Alfina merasa dirinya selalu kalah. Di balik kebingungannya dan perasaan tak cukup, Alfina mencoba menemukan cara agar bisa berjuang untuk dirinya sendiri. Tapi, apakah itu cukup? Dan di tengah semua itu, apakah Satria, yang frustrasi mengajar, bisa melihat potensi besar dalam diri Alfina yang selama ini dia abaikan? Apakah Alfina bisa melepaskan diri dari bayang-bayang adiknya? Apakah Satria bisa melihat lebih dari sekadar kegagalannya?