Dia ya dia, dia yang selalu aku sebut namanya saat aku memejamkan mata. Dia yang hingga sekarang masih berada di sebelahku tapi seolah semu, dia yang ada keberadaanya di sampingku tapi pudar akan arti. Dia yang peranannya makin semu pada hidupku. Saat aku belum mengerti arti sebuah tatapan aku sangat bahagia saat dia menatapku, dengan binar mata terang pula aku membalas tatapannya. Tapi seolah tertiup anggin ia mengalihkan tatapannya padaku hingga aku mengerti arti sebuah tatapan. Eomma semoga kelak bongkahan es pembeku jantungmu akan mencair secara perlahan dan melelehkan penyesalan luka yang mendalam. Semoga salju dimatamu mulai membening bagai embun mengalir kehatimu hingga tak memburamkan matamu.