"Len seandainya gue bisa ngerubah jalan hidup ya Len..." "Lah emang napa kalau lo bisa?" "Gue gamau pisah sama lo Len" "Dasar bego lo! Mana mungkin kita pisah? Orang mulai dari kandungan aja udah barengan mulu" "Hehe ya kali aja Len.." "Lo ngomongin apaan si? Tiba tiba ngomong gitu? Emang mau kemana lo? Mau ke kutub utara? Jadi beruang kutub?" "Hahaha... Ga ada yang tau Len kapan kita akan pergi dari sisi seseorang yang kita sayangi, atau kapan kita akan ditinggalkan. Jangan sedih ya Len kalau lo ditinggalin seseorang. Lo harus jadiin sebuah kehilangan sebagai kekuatan baru Len. Gue percaya kok kalau lo orang yang kuat. Sosok Falencia Amoris memang gadis kuat, yang bakal gue sayang sampe Tuhan manggil gue" "Lo kesambet apaan dah ngomong begituan? Gue ga akan kehilangan lo, dan sebaliknya. Karena kita sahabat, dan gabakal ada yang bisa misahin kita. Ngerti?!" Ucap Falencia seraya bangkit dan meninggalkan anak lelaki yang telah beranjak remaja menatap nanar punggungnya yang menjauh. Tidak ada yang pernah mengerti bagaimana kerasnya hidup untuk mempersatukan dan memisahkan seseorang. Dengan cara apapun, takdir dapat dengan sesuka hati mempermainkan segalanya. Membolak balik kisah yang tak akan pernah berakhir dalam sebuah perjalanan. Dan dengan suka hati air mata menampung segala kesakitan dan penyesalan yang ada.