Seratus Meter Dari Hatimu
17 parts Ongoing Seratus Meter dari Hatimu
Dulu, kupikir jarak paling rumit adalah antara dua kota. Antara kampung halaman dan ibu kota. Antara kenyamanan yang kutinggalkan dan dunia baru yang sedang kucoba taklukkan. Tapi ternyata, jarak yang paling sulit bukan soal kilometer atau waktu tempuh. Jarak paling rumit adalah seratus meter dari hatimu-tempat aku berdiri, tapi tak pernah benar-benar kau sadari.
Segalanya berawal biasa saja: kos baru, teman sekamar yang bawel tapi hangat, lingkaran pertemanan yang mengisi hariku dengan tawa, tugas, kopi sachet, dan obrolan tengah malam. Aku merasa cukup. Nyaman. Aman.
Hingga seseorang hadir dengan caranya yang tak terduga. Terkadang ceplas-ceplos, kadang diam dan terlihat jauh. Dia bukan tokoh utama di hidupku, bukan pula pangeran dalam kisah dongeng. Tapi entah kenapa, perhatian kecilnya terasa seperti rumah dalam keriuhan kota.
Sayangnya, tak semua rasa harus tumbuh. Dan tak semua perhatian berarti istimewa.
Ini kisahku, Caca. Seorang mahasiswi yang mencoba bertahan di antara tumpukan tugas, tawa tongkrongan, dan teka-teki bernama Arvin. Ini tentang dua circle pertemanan, dua sisi dunia, dan satu rasa yang pelan-pelan ingin ku bungkam.
Karena terkadang, menyukai seseorang tak harus dimiliki. Cukup dilihat dari kejauhan-seratus meter, atau bahkan lebih.