Jemari pendek yang sedikit gemuk miliknya mengepal erat. Kukunya menusuk telapak tangan. Mulutnya terkatup rapat, giginya saling menekan. Seluruh emosi yang dimilikinya bersatu, bercampur aduk, dan berputar-putar di dadanya. Air matanya nyaris jatuh. Nyaris. Kalau bukan karena tepukan halus di pundaknya. Kalau bukan karena tubuh tinggi kurus menjulang di depannya. Kalau bukan karena genggaman lembut di lengannya. Sekali lagi. Di hujan pada musim kemarau ini, dia membuatnya terperangah. ©Copyright, 2018, sarrahnadhifah.