Apa kau ingat jam biru yang selalu mengores keheningan ketika kita sedang bicara?
Ya, saat itu kau berkata suaranya sangat mengganggu. Dengan candaan, kau suruh jam itu untuk berhenti.
Dan apa kau tau? Ia berhenti berdetak sekarang. Ya, jam itu sekarang sudah berhenti berdetak.
Entah kenapa aku jadi mengingatmu.
Suaramu
Candamu
Senyummu
Aku rindu saat itu..
Saat dimana kita berbicara hingga tengah malam.
Tak ada pembicaraan penting disana, hanya obrolan ringan.
Tapi percayalah, obrolan selama 41 menit 10 detik itu membuat jantungku tak normal.
Kurang lebih dua minggu kita menjalani hubungan tak jelas itu, tanpa status dan penuh kebohongan.
Aku yakin, kau pun merasakan hal yang sepertiku. Aku bisa merasakan hal itu lewat caramu berbicara padaku saat itu.
" sayang, aku mencintaimu "
Aku selalu mengingat dua kalimat yang kau lontarkan malam itu. Terimkasih, itu sangat indah. Walaupun hanya sebuah sandiwara, tapi aku menyukainya.
Tapi sekarang? Sepertinya hubungan kita hanya sebatas orang asing. Dan mungkin sekarang aku dimatamu hanya sebagai penambah nominal kontak di handphonemu
Jika kau bertanya, aku masih menunggumu atau tidak..
Dengan lantang kujawab YA !
Aku masih menunggumu hingga detik ini.
Memang bukan kau yang menghilang, tapi aku yang menjauh.
Aku merasa saat itu kau berbeda. Sangat berbeda.
Setelah pertemuan pertama kita saat itu,
-Mungkin bisa dibilang pertama dan terakhir, tapi kuharap tidak- kau berubah.
Pesanku, kau balas dengan lama. Bahkan hanya kau baca, tak kau balas. Tak apa, mungkin kau sedang sibuk. Aku selalu berfikiran seperti itu. Tapi, apakah kau sibuk setiap saat?
Lambat laun, aku mulai menyadari bahwa itulah caramu untuk tidak berhubungan lebih jauh denganku. Hm, cara yang bagus kupikir. Perlahan menjauh, menjauh dan menjauh kemudian menghilang
Tapi sekarang bisa kukatakan, aku merindukanmu.
Jika berhubungan dekat itu sulit bagimu, tak bisakah kita menjadi teman? Kumohon.