Aku, sangat menyadari. Tidak pernah kukenali lelaki baik sepertimu. Kau, yang taat pada Pencipta alam, kau mencintai ibumu. Manis sekali, fikirku. Harus kuhargai. Akan kuhormati. Tetapi, aku, lebih menyadari hal ini. Bahwa, siapa aku memangnya? Wah. Aku begitu memperhatikan cintamu. Apa aku ini, pada matamu? Jadi, ingin ku memperjelas saja. Bahwa, tak bisakah, tidak membuatku menunggu? Menunggu apa, katamu? Bodohnya, aku. Akan aku bisikkan. Dengarlah, karena sudah terlalu lama. Kamu datang, aku bukakan pintu, kamu hanya berdiri, diam, diambang pintu. Apa inginmu? Tolong, sadarkan manusia tolol ini. Benarkah kamu akan bertamu, dan, menetap? Sungguh. Penantian ini, menyebalkan sekali.