"Itu hanyalah impian, kau tidak akan bisa mewujudkannya. Sadarlah akan dirimu yang sekarang, kau tercipta bukan untuk itu, melainkan untuk hal yang hina". "Aku sadar akan diriku, memang aku sempat mengecewakan kalian, tapi percayalah aku akan ada bersama kalian" kata hatiku. Aku di benci semua teman sekelasku karena membuat kesalahan yang tak disengaja. Semua berawal dari salah satu teman, ia meledekku hingga kemarahanku sampai puncaknya. Tonjokan tanganku itu membuat ia menangis, karena ia jatuh kebawah, tulangnya patah. Percayalah itu semua tanpa kesadaranku. Karena emosi kemarahan yang tak bisa ku kendalikan, aku mengikuti akademi karate. Kami diajarkan cara membela diri yang benar dan mengkontrol emosi serta mengendalikannya. Tidak hanya itu, kami diajarkan hal hal lain yang berguna untuk diri kami. Karena aku hidup di zaman tak modern, perbedaan sangat banyak adanya. Seperti, peraturan negara tak seketat sekarang, suasana alam masih alami dan banyak hutan/perkebunan disekitar. Aku mendapat sahabat dari akademi karate yang kuikuti. Aku, Ikhsan, Zia. Ya benar kami bertiga, kami melakukan tugas kami untuk melindungi apa yang harus dilindungi. Kami membebaskan hak yang terampas dan mewujudkan ketertiban negara. Karena kami adalah teman yang saling menguatkan. . . . Sensei = Guru(karate)
6 parts