Highestrank 1 (3 Februari 2018) #rank 14 (6 des 2017)#rank 11 (8 des 2017)#rank 9 (9 des 2017)#rank 7 ( 13 des 2017)#rank 6 (16 des 2017)#rank 4 (1januari2018) #rank 2 (6januari2018) Perhatian : ini belum di revisi. Masih banyak typo. Masih banyak kesalahan penulisan. Terimakasih NB: Bukan cerita seks. Ini di khususkan untuk yang suka cerita kebaperan yang haqiqi ? Janda selalu identik dengan wanita usil, nakal, kesepian dan pribadi yang rentan menurut pandangan masyarakat. Di mata sebagian lelaki, janda bahkan di asumsikan nya sebagai pribadi yang rapuh, dan di jadikan sasaran empuk yang akan mudah untuk di iming imingi angin syurga bernama mahligai rumah tangga. Belum lagi pandangan calon mertua lelaki pengganti, status janda akan berkontribusi di jadikan bala sasaran pertimbangan bahkan penolakan terang terangan dari seluruh anggota keluarga. Alasan nya simple, kalau ada yang masih gadis kenapa harus memilih seorang janda? Padahal kalau kita berbicara tentang status gadis di jaman sekarang seharusnya di kaitkan dengan status keperawanan nya juga. Bahkan menurut barometer keperawanan yang berkembang di masyarakat, perempuan saat ini di golongkan menjadi 3 jenis. Pertama perawan yang memang rasa perawan. Kedua perawan rasa janda. Dan ketiga janda rasa perawan. Dan dari segelintir Janda di muka bumi yang masuk ke dalam kategori yang ke tiga, salah satu nya adalah perempuan bernama Aruna Zahrani Qotrunada. Hanya status nya yang berubah menjadi janda, namun keperawan perempuan itu tak perlu di ragukan. Dia masih perawan. Selaput dara nya masih melekat sempurna menjadi bagian tubuh nya. Namun meski begitu, predikat janda yang terlanjur melekat menjadi bagian nama nya membuat Nada harus sering mengelus dada. Padahal, bukan keinginan Nada untuk menjanda di usia nya yang masih 25 tahun. Dan ini lah cerita Nada. Cerita bagaimana dia harus melalui roller coaster kehidupan ketika dia menjadi seorang Janda. 19 Juni 2017All Rights Reserved