Halo, namaku Rona Pelangi hidupku sudah cukup buruk dan jujur saja tidak ada menariknya sama sekali. Bukan salahku jika aku hidup semenyedihkan ini, meskipun pada kenyataannya aku memang semenyedihkan itu.
Di saat dunia sudah berdamai dan hidupku mendekat ke arah normal, sederetan mimpi buruk datang menyerbu-bagaikan kawanan bebek yang siap menginjak semut kecil yang sedang berjalan sendirian.
Pertama-tama, aku dimusuhi Binar. Satu-satunya sahabat yang kumiliki yang faktanya merupakan cewek populer di sekolah, karena suatu kesalahpahaman yang tidak pernah kulakukan. Kenyataannya kini, mantan sobatku itu membenciku setengah mati dan memandangku jauh lebih kecil daripada semut.
Kedua, ada yang menyabotase acara pekan olahraga karena entah mengapa tiba-tiba saja aku gagal mengikuti kompetisi yang ngomong-ngomong sudah kupersiapkan satu bulan lamanya.
Ketiga, dari semua masalah yang kuhadapi Papaku tetap menjadi masalah terbesar yang pernah ada. Jangan hakimi aku sebagai anak durhaka, karena begini-begini aku sangat hormat dan sayang kepadanya. Namun, seperti ada dinding tak kasat mata yang membuatku harus berada pada jarak seratus meter darinya.
Saat kukira semua orang di dunia seakan memusuhiku, saat aku hanya ditemani dengan kesendirian yang begitu menyesakkan. Bersamaan dengan gerimis di bulan November seseorang datang, mengulurkan tangannya dan menarikku dari kesendirian yang terus membelenggu.
Kaesar Morvayn Leonard, pemuda yang dikenal sebagai pemimpin geng Morvaylus, hidup dalam kekacauan dan pemberontakan. Namun, hidupnya berubah ketika ibunya mengungkap rahasia tentang ayah kandung yang selama ini tidak pernah ia kenal.
"Ibu akan menikah lagi. Keluarga calon suami Ibu... mereka tidak menerima masa lalu Ibu yang memiliki anak," ucap Marcia dengan suara serak.
"Kae, kamu harus menemui ayahmu. Kamu tidak bisa tinggal di sini lagi."
Terpaksa meninggalkan rumah, Kae memulai perjalanan untuk menghadapi masa lalu dan mencari jawaban, sambil melawan kemarahan dan rasa hampa yang membelenggunya.