Shi. Itulah panggilanku begitu aku terlahir kedunia. Aku punya satu kakak dan satu adik. Kakakku bernama Kasuo. Sedang adikku bernama Ashe dan dia adalah kembaranku. Aku dan Ashe memiliki wajah yang sama. Identik. Banyak orang sulit membedakan kami saat kecil. Tapi tidak dengan sekarang. Semua orang bisa membedakan kami. Karena kini di wajah Ashe, ada luka bakar mengerikan yang merusak separuh wajah tampannya. Usia kami masih empat tahun saat kejadian itu terjadi. Meski aku masih tak bisa mengingatnya, sampai sekarang. Ibu berkata bahwa saat itu, aku dan Ashe sedang bermain didekat perapian saat musim dingin tengah berlangsung. Tanpa sengaja, kakiku menyandung kaki Ashe yang sedang berlari dan membuatnya terdorong menuju perapian. Ia mengalami luka bakar yang parah pada wajah dan tubuhnya. Adikku harus masuk rumah sakit selama empat bulan. Namun lukanya, terlanjur meninggalkan bekas yang mengerikan. Aku tak ingat kejadian itu. Sungguh tak ingat. Namun sejak saat itu, aku kehilangan senyum dari ibuku. Ia tak pernah lagi menyuapiku makan. Tak pernah lagi mendengar ceritaku. Katanya, ia sibuk merawat Ashe yang terluka karena aku. Katanya, aku telah menghancurkan kebahagiaan adikku. Aku tak lagi merasakan pelukan ibu semenjak saat itu. Semua pelukannya hanya dirasakan oleh Ashe. Ia mendapatkan seluruh perhatian ibu. Juga senyuman dan kehangatan darinya. Mungkin, itulah hukumanku karena telah membuat wajah adikku terluka parah.