Amrizal adalah laki-laki pemalu yang bercita-cita menjadi pemain bola profesional. Anto merupakan laki-laki puitis yang wajahnya di bawah standar. Dan, Bram, laki-laki berbadan atletis yang menyukai pelajaran matematika. Walau otaknya pintar, tapi kelakuannya idiot.
Mereka bertiga dipertemukan di kampus dengan jurusan jurnalistik. Perbedaan sifat satu sama lain, tidak menjadikan mereka berbeda. Malah yang ada menjadikan mereka kompak, untuk menjerumuskan ke dalam suatu masalah, dan semuanya hampir tidak bisa diselesaikan.
Setiap ada Amrizal, pasti selalu ada Anto dan Bram. Setiap ada Anto, pasti selalu ada Amrizal dan Bram. Setiap ada Bram, semuanya pasti kacau. Mereka mempunyai motto: bersatu kita bertiga, bertiga kita bersatu.
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.