Semilir angin menerpa wajah kedua remaja yang sedang menikmatinya. Tepat di saung rumah Hamid. Duduk dengan tenang selama lima menit. "Pacaran yuk," ajak Hamid. "Hah?" yang diajak pun terbengong. Tidak. Tidak ada debaran, justru sebaliknya, kepanikan melanda. Tangan bergetar, keringat ngucur di kening, bibir terbuka dikit dan pucat. Orang yang melihat akan mengira kalau dia sakit. Lawan bicaranya panik. "Eh, kamu kenapa?" langsung memegang kedua lengan si cewek. Bukannya menjawab, malahan keringat bertambah banyak dan sudah melewati mata, bercampur dengan keringat di hidung. Badannya pun tambah bergetar. Frustasi, bahaya kalo anak orang sawan. "Bundaaa," "Astagfirullah," Kisah klasik yang sebenernya tak seklasik yang diucap. -Alesha Zara RamadhaniAll Rights Reserved
1 part