13 parts Ongoing Sebagai bagian dari BTS maupun solois, siapa yang tidak mengenal Jeon Jungkook? Kalaupun ada yang tidak familiar dengan namanya, mereka pasti pernah mendengar lagu dari penyanyi kebanggaan Korea itu. Jungkook telah menjadi mainstream popstar yang bisa disandingkan dengan bintang besar dunia.
Tapi kesuksesan besar itu jelas membuatnya membayar harga mahal. Kehilangan masa remaja, kehidupan pribadi sebagai konsumsi publik, ujaran kebencian yang harus diterima hanya dari kesalahan kecil, juga kesepian yang harus ia tanggung seiring makin tinggi posisinya.
Jungkook berusaha menikmati apa yang ia raih, pergi ke club bersama teman, berkencan, membeli barang-barang yang dulu hanya bisa ia impikan, sungguh ia berusaha untuk menikmati hidupnya sebagai bintang dunia.
Tapi malam ketika ia pulang ke rumahnya setelah seharian bekerja, atau sesaat setelah ia mematikan siaran langsung di ruang tengah rumahnya, keheningan kembali menyapa. Hening, sepi, sendiri.
Agensi sudah lebih membebaskan mereka, tak lagi banyak tekanan dan aturan ketat, toh sekalipun ada, ia sudah merasa cukup berani untuk menentang. Satu-satunya aturan yang masih selalu ditekankan agensi adalah, berkencan dengan aman.
Mereka tidak pernah melarang para member untuk merasakan cinta dan menjalin hubungan, asalkan dibalik layar dan tidak tercium publik, lakukan semaumu. Tapi itu masalahnya, menjalin hubungan sembunyi-sembunyi tak pernah mudah bagi Jungkook.
Ia buruk dalam menyembunyikan emosi, ia selalu ingin mengekspresikan perasaannya dengan bebas. Cinta seharusnya bukan sesuatu yang harus disembunyikan, 'kan? Tapi gemerlap lampu panggung dan hingar bingar kesuksesan ini memaksanya untuk bersembunyi untuk melindungi.