Ini hanyalah aku yang suaranya mungkin terdengar tapi tak ada artinya. Layaknya mereka, kucing liar berserakan di jalan raya, di halaman rumah, di tempat makan yang seringkali kamu usir begitu saja. Masih untung ada yang berbaik hati memberi whiskas, sepotong tulang ikan bekas pun tak apa. Ini hanyalah aku yang bergerak begitu bebas tapi tak pernah mereka menyadarinya, seperti mereka, kucing liar yang berdansa dalam teriknya hari. Memberikan cakarnya, menyambut makan, yang seringkali kamu tendang begitu saja. Masih untung tempat tinggal nyaman untuknya, tinggal di teras pun tak apa. Ini hanyalah pembukaan yang biasa dari kisah yang biasa, dari perasaan yang biasa, dengan raungan yang biasa. Dibacakan oleh para kucing liar.
Kumpulan puisi ini adalah sebuah perjalanan kehidupan. Puisi-puisiku yang pernah beredar, entah itu di instagram, blogspot, facebook. Puisiku yang ingin sekali berteriak. Mengumpulkannya di sini adalah cara para kucing liar bersatu, mencakar kehidupan yang kadang kocak, kadang bahagia, kadangpula nestapa. Anggap saja, puisiku, adalah suara mereka. Suara kucing liar.
Salam,
Achmad Aditya Avery
#454 Puisi (Selasa, 12 September 2017)
#337 Puisi (Rabu, 13 September 2017)
#203 Puisi (Kamis, 14 September 2017)
#116 Puisi (Jumat, 15 September 2017)
#1 dalam kumpulanpuisi (Rabu, 22 Agustus 2018)All Rights Reserved