Menyebalkan. Itu yang pertama kali ku ucapkan kala bertemu denganmu. Sosok yang kesehariannya terus mengalungi kamera, seakan tanpanya kamu tak bisa apa-apa. Namun, berkat kamera itu, kita pernah menjadi amplop dan perangko. Kita pernah menjadi dua manusia yang bermimpi bersama di bawah langit yang sama, saling berpandangan. Ya, kita pernah sedekat itu. Dulu. Tetapi, aku tak pernah menyesali pertemuan kita. Karena celotehanmu, aku menjadi pribadi yang lebih baik lagi, sekarang. Dan juga, aku percaya bahwa semesta takkan mempertemukan dua manusia tanpa pelajaran di akhir kisahnya. Dariku, orang yang merindukanmu. Sangat.