LOKATIKRANTA

--Noura--

Bekerja menjadi juru masak sebenarnya asik. Apalagi memasak adalah hobiku sejak kecil. Tapi dalam impianku, aku akan memasakkan pelanggan-pelanggan di restoranku sendiri. Bukan seperti ini. Yah memang sih, pelangganku sangat setia saat ini. Amat sangat setia malah. Tapi coba bayangkan, bagaimana bisa kau bangga jika yang kau masakkan setiap hari adalah para napi? Kuulangi, NAPI! Benar, yang kumaksud memang nara pidana. Walaupun agak berbeda. Mereka ini nara pidana elit yang bisa request masakan apa yang mereka inginkan, karna mereka penjahat berkantong tebal. Yang selnya bahkan lebih mewah dari kamar kosku. Dengan fasilitas sel layaknya hotel bintang lima. Tapi tetap saja, apa yang perlu kubanggakan? Keberadaan rumah tahanan ini saja dirahasiakan. Membuat tanganku gatal untuk memasukkan racun kedalam makanan mereka. Tapi kembali lagi. Aku bisa apa?

__________________________________________________

--Naraga--

Duit? Kebanyakan. Mobil? Menuhin parkiran. Rumah? Kelewat mewah. Pacar? Tinggal comot. Tampang? Bikin Leonardo de Caprio pensiun. Gue bukannya sombong, gue lagi nge-absen aja kelebihan-kelebihan gue. Satu lagi gue lupa, gue kelewat setia. Bukan sama cewek gue. Gue aja lupa siapa yang hari ini jadi cewek gue. Gue kelewat setia ama bos gue, Braga Darmawangsa. Konglomerat yang nyelametin hidup gue. Hingga bikin gue bersumpah untuk mengabdikan diri gue sama dia. Seperti sekarang ini. Gue lagi-lagi berurusan sama polisi gara-gara bisnis yang dia lakuin. Ibaratnya, gue itu aktor sedangkan dia sutradara. Dia otak, gue badan. Sebagai abdi yang baik, tentu aja gue rela menjadi pion untuknya. Semua orang mengira gue adalah bos dan Braga adalah tangan kanan gue. Padahal yang terjadi adalah kebalikannya. Hebat bukan pemainan ini?