Ku pandang jam weker disampingku yang telah menunjukan pukul 06:51. Hal pertama yang terlintas di benak ku, "kemana ibuku?". Aku hanyalah seorang anak berumur enam tahun, yang masih berlindung dibalik punggung ibuku. Suara rusuh datang. Banyak orang berteriak. Bisa kudengar beberapa ledakan di arah timur laut. Tiba - tiba, ibuku datang dengan berlari sembari menggendong kakak ku yang berumur 10 tahun yang tengah menangis di punggung ibuku. Tanpa satu patah kata pun, ibuku membawaku ke ruang basement, dan mengunci ku bersama kakaku. " Tony, Berhentilah menangis! Jaga adik mu!" Bentak ibuku. Dia kemudian pergi dengan tatapan mengerikannya, tak pernah ku lihat ibuku se mengerikan ini. "Tony, apa yang terjadi?" tanyaku polos Dia hanya diam sembari menangis sambil memegang ke dua kaki nya. Aku hanya bisa bingung, aku yang takut melihat Tony menangis, akhirnya ikut menangis. (Dentuman) Terdengar sebuah ledakan besar. Tony menyeretku ke sebuah ruangan rahasia berlapis besi di balik dinding basement ku. "Aku akan selalu bersamamu" ucap Tony sambil terisak. Aku hanya diam sembari terus menangis. Aku dekati dia dan ku peluk dirinya dengan erat. Bisa kurasakan tanah pun berguncang, sepertinya sesuatu menghantam bagian atas rumah kami. Aku dan Tony hanya bisa terus menangis, menangis, dan menangis. Kami saling mendekap satu sama lain. Dalam gelap ruang ini. Hanya aku dan satu - satu nya saudaraku. "Tak kan ada yang bisa memisahkan kita" bisik Tony.