Cerita sudah dihapus sebagian besar karena sudah diterbitkan. Kalau hakim ganteng tapi galak, yang telat kawin, ketemu perawan tua feminist, enggak punya malu, dan paling anti kalah sama laki-laki, apa jadinya dunia? "Yang bener aja, Pak Hakim. Nenek-nenek Anda vonis bersalah cuma gara-gara tiga belas buah kakao? Anda punya hati enggak, sih?" "Ada alasan kenapa patung Dewi Keadilan mengenakan penutup mata, Nona Aktivis. Karena dalam hukum, semua sama. Kaya, ataupun miskin. Saya punya hati, tapi dalam sebuah vonis yang adil, bukan hati yang bicara, tapi bukti." "Oya? Jadi Anda enggak pakai hati? Jangan-jangan, sebetulnya hati Anda memang enggak ada..." "Anda tidak seharusnya bicara soal hati saya, Nona. Karena hati saya memang sudah tidak ada, dicuri oleh perempuan jahat, yaitu Anda ... dan saya bisa memvonis Anda bersalah dengan hukuman menikah seumur hidup. Mengerti?" Perhatian: cerita adalah fiksi belaka, jika ada kesamaan nama atau tempat, bukanlah kesengajaan.
9 parts