Sempat mengagumi sebelum akhirnya "dipatahkan", adalah salah satu alasanku berpikir ulang -ketika ditanya: Kapan melepas masa jomblo?- menjadikan "berpacaran dengan / bertunangan dengan" sebagai solusinya. Bukankah yang namanya patah hati itu pasti rasanya sakit? Ya, walau sedikit (tapi tetap saja sakit, kan?). Masih menjadi mahasiswa semester 3 saja sudah diserbu pertanyaan semacam itu. Sungguh, aku bosan. Bahkan tugas kuliah saja tak cukup untuk mengurangi tingkat kebosananku pada hal berbau asmara. Tapi, bukankah hidup harus tetap berjalan? Iya, tentu saja aku masih berjalan. Sampai akhirnya, tibalah aku di suatu titik. Tidak, bukan hanya aku sendiri. Melainkan ada dia di hadapanku! Saat itu....
8 parts