Ini lebih dari sekadar mimpi buruk. Ini juga tidak lebih baik daripada saat ayahnya mengetahui bahwa dia mendapatkan nilai tiga saat ulangan matematika. Kaili terus merapal doa sepanjang perjalanan menuju kelas yang sudah disebutkan Adelia. Dia berharap, cowok yang digosipkan kedua sahabatnya tadi hanya orang yang berbeda, bukan bagian dari masa suram yang sangat ingin ia lupakan. Perlahan, tubuhnya membungkuk dan mulai mengendap-endap ketika sampai di tempat yang ia tuju. Kepalanya mengintip keadaan kelas dari balik kaca jendela paling belakang. Belum sempat Kaili mengamati satu-persatu manusia yang ada di sana, dia lebih dulu dikagetkan oleh sosok jangkung yang tiba-tiba berdiri dan menggeliat. Kaili mendongak lalu matanya membulat seketika. Dari balik kaca jendela yang sedikit kotor itu, dia tetap bisa melihat dengan jelas iris biru yang kini balas menatapnya heran. Iris biru yang membuatnya yakin bahwa hidupnya yang normal akan berubah lagi. Meski isi pikirannya sudah pergi entah ke mana, tapi samar-samar Kaili masih bisa mendengar suara dari orang yang berdiri di balik kaca jendela. "Ternyata, jodoh gue sekolah di sini juga." Saat itu, Kaili kembali bertekad untuk bisa mengubur jantungnya sendiri.
4 parts